Abu Dhabi (ANTARA News) - Uni Emirat Arab pada Selasa mengesampingkan dampak dari krisis utang zona euro pada ekonominya dan menegaskan kembali janji untuk mempertahankan pematokan mata uangnya terhadap dolar AS.
"Hubungan perbankan dan bisnis dengan zona euro terbatas, karena perdagangan kami dengan zona euro hanya 20 persen," gubernur bank sentral UEA Sultan Nasser al-Suwaidi, kepada wartawan, lapor AFP..
Namun, bankir utama dari negara Teluk kaya minyak itu berpendapat bahwa euro, zona yang menghadapi risiko runtuh karena bola salju krisis utang, adalah "sebuah mata uang yang besar."
Sementara itu, Suwaidi mengatakan bahwa pematokan dirham terhadap dolar tetap pada tempatnya dengan tidak ada rencana untuk beralih ke mata uang lain.
"Tentu saja tidak ada perubahan," katanya.
Seperti kebanyakan negara-negara Teluk, UAE secara tradisional mata uangnya dipatok terhadap greenback, karena penerimaan minyak negara-negara kaya energi Teluk dalam dolar.
Namun demikian, kebijakan ini telah berulang kali dipertanyakan karena dolar terus berfluktuasi.
Hanya Kuwait yang telah memilih keluar, mengelompokkan dinar terhadap sekeranjang mata uang di mana dolar masih dipercaya dipertahankan antara 70 dan 80 persen.
Suwaidi juga mengatakan bahwa bank sentral UEA telah kembali membeli obligasi pemerintah AS setelah berhenti awal tahun ini karena imbal hasil yang rendah.
"Sekarang, kami berinvestasi" dalam surat utang pemerintah AS, katanya.
"Suku bunga yang wajar untuk berinvestasi di obligasi AS," katanya, menambahkan bahwa itu telah "sangat rendah."
UEA adalah pengekspor minyak mentah terbesar keempat di dunia, menghasilkan lebih dari 2,2 juta barel per hari. (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011