Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mencatat dalam satu bulan terakhir investor asing masih melakukan penarikan dana atas investasinya di instrumen portofolio di Indonesia seperti di Surat Berharga Negara (SBN) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
"Tekanan terhadap pasar keuangan dari krisis ekonomi Eropa terus berlanjut dan berdampak ke semua negara termasuk Indonesia, dan itu mempengaruhi nilai tukar rupiah, karena beberapa investor asing mereposisi portofolio dengan menjual investasinya di Indonesia," kata Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo di Jakarta, Selasa.
Dijelaskan Perry, nilai investasi asing di SBN pada 25 November sebesar Rp219,4 triliun atau turun sekitar Rp400 miliar dibanding posisi 31 Oktober sebesar Rp219, 8 triliun. Sementara pada SBI turun dari Rp30,9 triliun pada 31 Oktober menjadi Rp21,9 triliun pada 25 November.
"Banyak investor asing yang tidak memperpanjang SBI-nya yang jatuh tempo," kata Perry.
Dijelaskannya, penarikan dana asing itu disebabkan perkembangan krisis ekonomi di Eropa yang belum ada kepastian penyelesaiannya, dan bahkan cenderung memburuk dengan penurunan rating utang beberapa negara seperti Spanyol, Portugis, Belgia dan Hungaria.
Keluarnya investor asing itu, lanjutnya juga berpengaruh pada pelemahan nilai tukar rupiah yang menembus Rp9.000 per dolar AS, meski nilai pelemahannya, belum terlalu buruk dibanding negara-negara di kawasan.
Sejak 31 Agustus sampai 25 November, Rupiah melemah 5,8 persen atau lebih baik dari Ringgit Malaysia yang terdepresiasi 6,7 persen dan Won Korea 8,2 persen.
Namun, lebih buruk dibanding Bath Thailand dan Peso Filipina yang hanya melemah masing-masing 4,2 persen dan 3,2 persen.
Dengan tekanan di pasar keuangan ini, Perry menyatakan BI komitmennya untuk terus berada di pasar uang dan pasar obligasi Pemerintah untuk menjaga stabilitas rupiah, dengan melakukan intervensi menjual valas dan membeli SBN di pasar sekunder.
(T.D012/S006)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011