Kepala Dusun Cerbung Desa Temperak, Muhadi, di Rembang, Selasa, mengatakan, abrasi bahkan sudah menggerus sebagian lokasi pemakaman umum warga daerah setempat.
"Enam kerangka manusia di pemakaman umum Dusun Cerbung, terpaksa diungsikan karena terjadi longsor akibat abrasi air laut. Abrasi tidak hanya menggerus pemakaman, tetapi kini juga mengancam permukiman warga setempat," kata dia.
Ia mengatakan, abrasi yang sudah berlangsung sejak 2005 lalu telah menggerus tebing areal pemakaman sepanjang tiga meter.
Menurut Muhadi, abrasi tahun ini terhitung paling parah karena sudah menyentuh langsung ke makam.
"Kami berharap ada penanganan secepatnya dari Pemkab Rembang agar tak semakin banyak makam yang hilang digerus ombak," kata dia.
Ia menyebutkan bahwa tingkat abrasi desa yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Bulu Bancar, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, itu sudah sangat mengkhawatirkan.
"Selain mengancam keberadaan makam desa, puluhan rumah warga yang berada di pinggir pantai pun rawan ambrol tergerus ombak. Apalagi, ombak tinggi dan angin kencang biasanya muncul sore hingga malam hari. Warga khawatir," kata dia.
Untuk menekan abrasi di Dusun Cerbung, Komandan Rayon Militer 14 Sarang, Kapten (Inf) Piter Kasi, menyebutkan, pihaknya sudah beberapa kali mengerahkan 15 anggotanya untuk membuat talut di sepanjang pantai.
"Untuk penanganan darurat, kami membuat talut dari tumpukan sak berisi pasir laut. Kami juga menanam pohon waru agar bisa tumbuh dan mengamankan wilayah pantai," kata dia.
Camat Sarang, Akhsanuddin, menyebutkan, Dusun Cerbung, Desa Temperak, yang berada di ujung timur Kabupaten Rembang memang paling rawan terkena abrasi.
"Dari semua wilayah pantai di Kecamatan Sarang, tinggal sepanjang sekitar 600 meter pantai di desa itu yang belum diberi talut penahan ombak," kata dia.
Ia juga menyebutkan bahwa pihaknya sudah menyusun laporan atas abrasi di Dusun Cerbung itu kepada Pemkab Rembang dan meminta agar segera dibuatkan talut atau pemecah gelombang.
"Kami sebatas mengusulkan dan semoga pemkab bisa merealisasikannya," kata dia. (ANT-168)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011