Hari Selasa ada dua opsi yang akan dilakukan untuk melakukan evakuasi korban yang kemungkinan terjebak di dalam mobil dan reruntuhan jembatan. Opsi pertama, evakuasi akan dilakukan dengan memecahkan kaca mobil namun akibat derasnya arus sungai Mahaka
Tenggarong (ANTARA News) - Pencarian korban ambruknya Jembatan Kartanegara, Kabupaten Kutai Kartanegara terpaksa dihentikan akibat derasnya arus Sungai Mahakam.

Dilaporkan, sejak Selasa pagi, puluhan tim SAR dan penyelam dari Basarnas, Kopaska TNL AL dan Brimob Polda Kaltim terlihat melakukan penyisiran dan penyelaman untuk mencari korban yang terjebak di dalam mobil dan kerangka jembatan yang ambruk.

Namun, pencarian terlihat dihentikan pada Selasa siang dan sejumlah penyelam kembali ke tepi Sungai Mahakam.

"Hari ini (Selasa) ada dua opsi yang akan dilakukan untuk melakukan evakuasi korban yang kemungkinan terjebak di dalam mobil dan reruntuhan jembatan. Opsi pertama, evakuasi akan dilakukan dengan memecahkan kaca mobil namun akibat derasnya arus sungai Mahakam sehingga opsi tersebut tidak bisa dilanjutkan," ungkap Direktur Operasional dan Pelatihan Basarnas Marsekal Pertama, Sunarbowo Sandi, kepada wartawan di Tenggarong, Selasa petang.

Pada Selasa siang terlihat sebuah tugboat terlihat berada di lokasi pencarian.

"Opsi menarik kerangka jembatan juga tidak bisa dilakukan akibat tim tidak dapat melakukan penyelaman untuk memasang tali pengait," kata Sunarbowo Sandi.

Selain arus yang sangat deras, hambatan yang dialami tim SAR untuk melakukan evakuasi korban lanjut dia karena jarak pandang di dalam sungai nol.

"Berbagai opsi sudah dilakukan namun upaya tersebut belum membuahkan hasil," ungkap Sunarbowo Sandi.

Pada Selasa malam kata dia, Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi akan membawa alat sonar tiga dimensi.

"Alat itu biasa digunakan untuk pemotretan di bawah laut dan malam ini (Selasa) pihak BPPT akan melakukan pemotretan untuk mendapatkan gambaran di sungai sehingga berdasarkan hasil pemotretan itu kita mendapatkan gambaran tentang kondisi di dalam sungai," kata Sunarbowo Sandi.



Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011