London (ANTARA) - Saham-saham jatuh lagi pada Senin, dan dolar meroket ke level tertinggi baru dua dekade karena kekhawatiran tentang suku bunga yang lebih tinggi dan penguncian yang diperketat di Shanghai memperdalam kekhawatiran investor bahwa ekonomi global menuju perlambatan.
Setelah sesi memar pada Jumat (6/5/2022) dimana saham AS dilanda aksi jual tajam karena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS membuat investor bingung, pasar berada di awal yang sulit untuk minggu ini, dengan sebagian besar indeks berada di zona merah.
Bank sentral di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, semuanya menaikkan suku bunga minggu lalu, dan investor bersiap untuk pengetatan lebih banyak karena pembuat kebijakan mencoba mengatasi inflasi yang melonjak.
Ada banyak lagi yang perlu dikhawatirkan investor pada Senin selain dari pengetatan kondisi keuangan.
Baca juga: Dolar naik ke puncak 2 dekade, investor buru mata uang aman
Tidak ada penurunan yang muncul dalam kebijakan nol-COVID China, dengan Shanghai memperketat penguncian di seluruh kota dengan 25 juta penduduk.
Spekulasi bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin menyatakan perang terhadap Ukraina untuk memanggil kekuatan cadangan selama pidatonya di perayaan "Hari Kemenangan" juga menekan sentimen pasar. Putin sejauh ini mencirikan tindakan Rusia di Ukraina sebagai "operasi militer khusus", bukan perang.
Meskipun kenaikan suku bunga tajam, tidak semua investor berpikir perlambatan sudah dekat.
"Kami terus percaya investor harus memposisikan diri untuk realitas inflasi sekarang, daripada peluang resesi segera," kata ahli strategi UBS Global Wealth Management.
Wall Street menuju pembukaan yang lebih lemah lainnya dengan saham berjangka S&P 500 turun 1,0 persen, sementara Nasdaq berjangka turun 0,9 persen. Imbal hasil obligasi 10-tahun AS mencapai tertinggi baru 3,5 tahun di 3,179 persen.
Baca juga: Wall Street perpanjang kerugian, pasar khawatir Fed akan lebih agresif
Euro STOXX melemah 0,56 persen, sementara indeks DAX Jerman kehilangan 0,21 persen. Indeks saham pasar negara berkembang utama MSCI turun ke level terendah sejak Juli 2020. Indeks MSCI Dunia turun 0,5 persen, meninggalkannya tidak jauh dari level terendah intraday 17-bulan yang dicapai pada Jumat (6/5/2022).
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang jatuh 1,27 persen dan Nikkei Jepang anjlok 2,53 persen. Saham-saham unggulan China turun 0,8 persen, sementara yuan di pasar luar negeri turun menjadi 6,765 per dolar, terendah 18 bulan.
Investor juga tegang menjelang laporan harga konsumen AS yang akan dirilis pada Rabu (10/5/2022). Hanya sedikit penurunan inflasi yang diperkirakan, dan tentu saja tidak ada yang mencegah Federal Reserve (Fed) dari kenaikan setidaknya 50 basis poin pada Juni.
Harga-harga inti sebenarnya terlihat naik 0,4 persen pada April, tingkat bulanan meningkat dari 0,3 persen di bulan sebelumnya, bahkan saat kecepatan tahunan sedikit menurun karena efek dasar.
Dominasi dolar
Dengan investor diselimuti begitu banyak kekhawatiran, satu tempat mereka mencari keamanan dalam dolar, yang melonjak terhadap sebagian besar mata uang lainnya.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang, naik 0,4 persen menjadi 104,19, terbaru dalam serangkaian tertinggi 20 tahun.
"Selera risiko rapuh dan spread imbal hasil terus menunjukkan kenaikan lebih lanjut pada Indeks Dolar," kata Ahli Strategi Senior Valas Westpac, Sean Callow.
"Kami mencari permintaan berkelanjutan untuk DXY (indeks dolar) pada penurunan, dengan 104 sudah dijajaki dan masih berpotensi untuk bergerak menuju 107 multi-minggu."
Dolar yang melonjak memukul mata uang lainnya. Euro turun kembali di bawah 1,05 dolar, sementara yen Jepang jatuh ke level terlemah sejak 2002.
Ekspektasi bahwa Fed akan bergerak lebih agresif dalam menaikkan suku bunga mendukung dolar, seperti yang dirasakan investor bahwa ekonomi AS akan bertahan lebih baik daripada zona euro yang terpukul keras oleh dampak perang di Ukraina.
Tetapi suku bunga juga meningkat di zona euro. Pada Senin, imbal hasil obligasi 10-tahun Jerman mencapai level tertinggi baru sejak 2014, didukung oleh pembuat kebijakan hawkish Robert Holzmann yang mengatakan pada Sabtu (7/5/2022) bahwa Bank Sentral Eropa harus menaikkan suku bunga tiga kali tahun ini untuk memerangi inflasi.
Baca juga: Rupiah ditutup jatuh, dipicu inflasi tinggi dan naiknya suku bunga Fed
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022