New York (ANTARA News) - Harga minyak naik pada Senin waktu setempat (Selasa pagi WIB), karena euro sedikit "rebound" terhadap dolar di tengah spekulasi tentang "bailout" Italia dan sebuah kesepakatan baru krisis zona euro secara keseluruhan.
Tetapi beberapa indikator ekonomi yang lemah terus menghalangi kenaikan, termasuk bantahan oleh Dana Moneter Internasional bahwa pihaknya sedang mempersiapkan penyelamatan keuangan untuk Roma.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Januari naik 1,44 dolar AS menjadi 98,21 dolar AS per barel, setelah sebelumnya melompat setinggi 100,74 dolar AS.
Minyak mentah Brent North Sea untuk Januari melonjak 2,60 dolar AS menjadi 109,00 dolar AS.
"Kami menguji 100 dolar AS, tetapi tidak ada kekuatan yang cukup dalam mendasari fundamental, ada terlalu banyak ketidakpastian untuk saat ini," kata Matt Smith dari Summit Energy tentang harga minyak New York.
"Itulah sebabnya kami telah melihat harga ini kembali turun," katanya.
Smith mengatakan, mata masih tertuju terutama ke Eropa, yang ia sebut "faktor penentu kunci bagaimana ekonomi global tumbuh tahun depan."
Namun harga masih didukung oleh kekhawatiran dampak pada pasokan dari gejolak di Timur Tengah dan lebih banyaknya tekanan pada Iran atas dugaan program senjata nuklirnya, kata dia.
Negara-negara Eropa diperkirakan meluncurkan sanksi lebih banyak terhadap Iran pada Kamis.
"Untuk minggu ini, pantauan geopolitik utama akan berada di Iran dan apakah Prancis mampu mendorong larangan Uni Eropa secara luas atas impor minyak mentah Iran," kata analis PetroMatrix Olivier Jakob.
Tetapi analis pada JPMorgan menunjuk data ekonomi yang lemah di China dan ekonomi Asia penting lainnya, serta dampak pada berbagai industri dari banjir di Thailand, sebagai menahan kenaikan harga minyak.
"Data yang rilis baru-baru ini menimbulkan pertanyaan tentang kekuatan konsumsi domestik ke depan," kata mereka.
Sementara Niger secara resmi menjadi penghasil minyak pada Senin dengan pembukaan kilang yang dijalankan oleh negara dan sebuah perusahaan China.
Lama dianggap tidak menguntungkan oleh prospectors Barat, produksi minyak mentah dimulai pada September di Agadem di gurun Niger, dari tempat itu disalurkan ke Olelewa untuk pemurnian.
Niger memperkirakan untuk memproduksi sekitar 20.000 barel bahan bakar per hari, pada mulanya hanya untuk pasar lokal, demikian AFP melaporkan.
(SYS/A026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011