Untuk negara yang sangat bergantung pada impor energi, ini adalah keputusan yang sangat sulit. Tapi koordinasi G7 paling penting pada saat seperti sekarang ini

Tokyo (ANTARA) - Jepang akan membutuhkan waktu untuk menghentikan impor minyak Rusia setelah menyepakati larangan dengan negara-negara Kelompok Tujuh (G7) lainnya untuk melawan invasi Moskow ke Ukraina, kata Perdana Menteri Fumio Kishida, Senin.

Negara-negara G7 berkomitmen untuk bergerak "secara tepat waktu dan teratur" dalam pertemuan secara daring pada Minggu (8/5/2022) untuk memberikan tekanan lebih lanjut pada Presiden Vladimir Putin, meskipun anggota seperti Jepang yang miskin sumber daya sangat bergantung pada bahan bakar Rusia.

"Untuk negara yang sangat bergantung pada impor energi, ini adalah keputusan yang sangat sulit. Tapi koordinasi G7 paling penting pada saat seperti sekarang ini," kata Kishida kepada wartawan, mengulangi komentar yang dia buat pada pertemuan G7.

"Mengenai waktu pengurangan atau penghentian impor minyak (Rusia), kami akan mempertimbangkannya sambil mengukur situasi sebenarnya," katanya. "Kami akan mengambil waktu kami untuk mengambil langkah-langkah menuju fase-out." Dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

Tidak ada kapal yang memuat minyak Rusia ke Jepang sejak pertengahan April, menurut data Refinitiv. Sekitar 1,9 juta barel diekspor dari Rusia ke Jepang pada April, turun 33 persen dari bulan yang sama tahun lalu.

Negara ini mengimpor total 89 juta barel minyak pada Maret.

Baca juga: Harga minyak jatuh, pasar khawatir permintaan dan embargo minyak Rusia

Krisis Ukraina telah menyoroti ketergantungan energi Jepang pada Rusia bahkan ketika Tokyo telah bertindak cepat dan bersama-sama dengan G7 dalam menerapkan sanksi.

Larangan terbaru menggarisbawahi perubahan dalam kebijakan Jepang. Jepang mengatakan akan sulit untuk segera memotong impor minyak Rusia, yang menyumbang sekitar 33 juta barel dari keseluruhan impor minyak Jepang atau 4,0 persen untuk tahun 2021.

Ia telah mengatakan akan melarang impor batu bara Rusia secara bertahap, hanya menyisakan gas alam cair (LNG). Jepang berada di tempat yang sangat sulit sejak menutup sebagian besar reaktor nuklirnya setelah bencana nuklir Fukushima 2011.

Rusia adalah pemasok minyak mentah dan LNG terbesar kelima Jepang tahun lalu.

Pemerintah dan perusahaan-perusahaan Jepang memiliki saham dalam proyek minyak dan LNG di Rusia, termasuk dua di Pulau Sakhalin dimana mitra Exxon Mobil Corp dan Shell PLC telah mengumumkan bahwa mereka akan keluar.

Baca juga: Harga minyak naik di tengah kekhawatiran sanksi baru UE atas Rusia

Namun penyulingan minyak terbesar Jepang, Eneos Holdings Inc, telah berhenti membeli minyak mentah Rusia, mengatakan akan mendapatkan pasokan dari Timur Tengah. Peringkat kedua Idemitsu Kosan Co Ltd juga mengatakan tidak memiliki rencana untuk membeli minyak mentah Rusia.

"Pengilangan utama Jepang telah menangguhkan penandatanganan kontrak berjangka baru untuk membeli minyak Rusia dan tidak ada masalah dalam mengamankan alternatif," kata Direktur Pelaksana Senior Asosiasi Perminyakan Jepang (PAJ), Shinya Okuda, kepada Reuters.

"Para penyuling akan melanjutkan upaya mereka untuk mendiversifikasi sumber pasokan, tetapi ketergantungan Jepang pada minyak mentah Timur Tengah akan meningkat dalam jangka pendek karena kapasitas pasokan kawasan itu sangat tinggi," katanya. Timur Tengah menyumbang 93 persen dari impor minyak Jepang pada tahun 2021.

Pada Jumat (6/5/202), perusahaan perdagangan Marubeni Corp mengatakan ingin menarik diri dari proyek minyak Sakhalin-1, tetapi menjaga kepemilikannya sejalan dengan kebijakan pemerintah.

Kishida mengatakan pada Senin tidak ada perubahan pada kebijakan pemerintah untuk menjaga kepentingan bisnis di berbagai aset energi Rusia.

Okuda dari PAJ mengatakan lebih baik untuk mempertahankan konsesi mengingat situasi energi Jepang, dan tidak bijaksana untuk menyerah dan membiarkan China atau orang lain mengambilnya karena Jepang memiliki konsesi dalam kondisi yang baik.

Baca juga: Harga minyak Asia turun, pasar kekhawatiran sanksi baru UE atas Rusia

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022