“Atas nama pemerintah dan pribadi, saya sangat mengapresiasi dan profisiat kepada Pater Amans, seorang Kefamenanu yang mungkin dulu tidak pernah membayangkan namanya menjadi nama jalan di Argentina,” kata Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi di Kupang, Minggu.
Hal ini disampaikannya saat membuka acara Bedah Buku "Jalan Sambil Berjalan" Narasi Hidup dan Karya Pater Amans Laka, SVD.
Baca juga: Komisi I minta Menhan serius tangani persoalan di Papua
Orang nomor dua di NTT itu menyatakan kekagumannya dan apresiasinya atas kiprah dan karya Pater Amans Laka di tanah misi.
Pater Amans sendiri diketahui sudah belasan tahun berkarya di Argentina. Dan sejak dua tahun terakhir Pater Amans bekerja di Kuba, di negara dimana umat beragama, terutama Katolik, sangat dikekang aktivitasnya.
Kota di Argentina yang nama jalan menggunakan nama misionaris itu terletak di Kota Puerto Esperanza.
Baca juga: Misionaris Indonesia beri pelayanan di Afrika
"Saya tadi sudah sedikit baca bukunya dan tulisannya sangat sederhana dan bisa dipahami. Karena itu saya imbau generasi muda di NTT untuk menarasikan semua kejadian yang ada di NTT supaya generasi penerus bisa berbuat banyak," tambah dia.
Penulis buku Jalan Sambil Berjalan Robert Laka menceritakan bahwa judul buku digunakannya untuk melukiskan kehidupan Pater Amans sebagai seorang misionaris di tanah misi.
Buku itu mengisahkan tentang perjuangan Pater Aman di tanah misi. Dimana dengan perjuangannya ia mampu mendirikan sekolah hanya dalam waktu lima bulan.
Menurut Robert, Pater Amans Laka tidak pernah bermimpi jika diberikan hadiah atau penghargaan namanya menjadi nama jalan oleh pemerintah dan masyarakat Argentina.
Baca juga: HUT ke-160 Pekabaran Injil Papua dimeriahkan ibadah profesi
Robert menceritakan, tempat di mana Pater Amans mendirikan sekolah merupakan tempat yang tidak ada misionaris mau kerja.
Tempat itu hanya diambil kekayaannya oleh orang dari luar daerah, perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di bidang penggergajian kayu.
“Mereka bilang ke Pater Amans, sampai kucing bertanduk pun tidak akan ada jalan yang dibangun. Pater Amans bilang saya mau bangun sekolah di situ, jalan akan dibangun. Kalau bangun sekolah, maka kayu-kayu untuk pembangunannya kalian yang tanggung,” jelas Robert.
Dan, terjadilah. Jalan dibangun, licin mulus. Dan perusahaan-perusahaan besar di kawasan itu menyumbang kayu-kayu untuk pembangunan sekolah. Tidak heran, hanya dalam waktu lima bulan dua sekolah pertanian di kawasan itu selesai dibangun.
Menurut Robert, Pater Amans mempunyai kekuatan hebat di jalur diplomasi.
“Hal ini Pater Amans lakukan di Argentina dan mendapat apresiasi dan penghargaan dari Pemerintah Indonesia, Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar RI di Argentina,” tambahnya.
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2022