New York (ANTARA News) - Harga minyak meningkat, Rabu, menyusul data pemerintah AS yang memperlihatkan turunnya stok bensin dan minyak sulingan dan tekad OPEC untuk melaksanakan sepenuhnya penurunan tajam pasokannya pada akhir bulan ini.
Minyak mentah AS ditutup pada posisi 42,16 dolar per barel, atau naik sebanyak 58 sen, setelah merosot 9 persen Selasa ketika data ekonomi AS yang suram memicu kekhawatiran menurunnya permintaan.
Minyak mentah Brent di pasar London naik 1,17 dolar menjadi 44,90 dolar.
Harga minyak meningkat setelah data yang dirilis Badan Informasi Energi (EIA) AS memperlihatkan turunnya sebanyak satu juta barel stok minyak sulingan pada pekan lalu seiring dengan berkecamuknya musim dingin yang membeku di AS Timur Laut, pasar minyak pemanas terbesar dunia, dan merosotnya tanpa diduga banyak orang pasokan bensin sebesar 100.000 barel.
Namun demikian, stok minyak meningkat tajam sebesar 6,2 juta barel, ketika pabrik penyulingan yang menghadapi merosotnya permintaan bahan bakar mengurangi operasi mereka.
"Terjadi banjir minyak mentah lagi. Kita mengalami banjir minyak mentah," kata Phil Flynn, analis pada Alaron Trading di Chicago, kepada Reuters.
Cadangan minyak mentah AS telah meningkat lebih dari 44 juta barel dalam empat bulan terakhir, kenaikan empat bulan terbesar sejak 1990, demikian menurut data EIA, sementara pabrik penyulingan menaruh minyak mentah di tangki penyimpanan ketimbang di unit pengolahan.
Harga minyak juga mendapat dorongan dari pernyataan Sekjen OPEC, Abdullah Al-Badri pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, bahwa sekalipun harga minyak 50 dolar, itu terlalu rendah untuk mendorong investasi dan menambahkan bahwa kartel itu akan melakukan dengan sepenuh hati pemangkasan produksinya pada akhir bulan ini.
OPEC telah sepakat memangkas produksinya sebanyak 4,2 juta barel per hari sejak September untuk menghadapi terjun bebasnya harga minyak dari puncak rekor di atas 147 dolar pada Juli lalu.
OPEC juga memperoleh dukungan dengan menguatnya pasar saham Wall Street, menyusul pengumuman Federal Reserves bahwa bank sentral AS itu akan membeli surat utang jangka panjang untuk memperbaiki kondisi pasar kredit. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009