"Masalah remunerasi atau pengupahan harus diselesaikan melalui proses dialog yang damai. Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah," katanya di Jakarta, Minggu.
Dia juga minta aparat jangan represif dan rekan-rekan dari serikat pekerja harus bisa mengendalikan diri dan membuat strategi negosiasi yang lebih efektif.
Untuk itu manajemen perusahan dan pemegang saham perlu membuka diri untuk berdialog.
"Pemerintah harus membuka ruang komunikasi dan dialog itu agar dapat berjalan efektif. Semua pihak harus mengedepankan pemikiran yang terbuka," katanya.
Dia menyatakan, setiap kekerasan yang menciptakan instabilitas akan merugikan bagi semua, terutama bagi pegawai dan pengusaha serta perekonomian nasional. "Tidak akan ada yang untung dari kekerasan dan instabilitas," katanya.
Kemal prihatin dengan kekerasan dalam masalah ketenagakerjaan yang terjadi akhir-akhir ini seperti yang terjadi di Batam dan di Freeport Papua.
"Kita harus mulai untuk masuk ke relasi yang lebih maju dalam dunia industri dengan mengedepankan kemitraan antara pegawai dan pengusaha secara adil dan terbuka," katanya.
Relasi dalam perusahaan modern bukan berbasis eksploitasi tetapi berbasis kemitraan dan "sharing". Hal ini didasari oleh kesadaran baru bahwa kemajuan perusahaan akan sangat ditentukan oleh kontribusi pegawai sebagai aset utama perusahaan.
"Sehingga ketika perusahaan menikmati profit yang tinggi maka perlu di-`sharing` untuk kesejahteraan pegawai sebagai bagian dari stakeholder perusahaan yang penting," katanya.
Kemal berpandangan untuk menyelesaikan permasalahan ini maka sistem remunerasi perlu didesain dengan memperhatikan kelayakan dan keadilan. Pegawai tentunya harus memahami kondisi perusahaan, merasa memiliki perusahaan dan peduli dengan kondisi perusahaan.
"Memang harus ada transparansi dari kinerja perusahaan. Dan ada kesediaan untuk berkomunikasi dari hati-kehati serta saling berbagi, sebagai sebuah keluarga yang berkepentingan atas eksistensi perusahaan," katanya.
"Masing-masing pihak harus berfikiran positif dan terbuka. Jangan dilandasi kecurigaan," kata anggota DPR dari Fraksi PKS ini.
(S023/A023)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011