Bandarlampung (ANTARA) - Lampung, salah satu provinsi di Indonesia yang bergantung pada sektor pariwisata dengan beragam destinasi wisata seperti bahari, alam, dan budaya.
Beragam objek wisata itu, menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang untuk menghabiskan waktu rehat, bersama waktunya dengan libur Lebaran tahun ini.
Namun, pandemi COVID-19 yang berlangsung dalam dua tahun terakhir, telah membuat sektor pariwisata mengalami penurunan. Salah satunya terlihat dari tingkat okupansi hotel di daerah itu pada 2020 yang hanya 45,17 persen dari jumlah hotel sebanyak 348 unit dengan kamar berjumlah 6.772 unit.
Pada 2021 okupansi hotel berbintang dengan jumlah 29 unit mencapai 43,38 persen, sedangkan untuk penginapan tidak berbintang okupansinya hanya 25,07 persen dari total 362 unit. Angka-angka itu jauh dari jumlah sebelum pandemi dengan kumulatif okupansi mencapai 60,96 persen bahkan bisa lebih.
Perbandingan yang cukup jauh antara tingkat hunian hotel di Lampung pada tahun sebelum pandemi COVID-19 dan setelahnya, menjadi salah satu variabel menakar keterpurukan sektor pariwisata di daerah yang juga terkenal dengan atraksi gajah dan lumba-lumba di Teluk Kiluan itu.
Harapan akan kembali bertumbuhnya pariwisata di daerah yang memiliki pesona garis pantai putih membentang membentuk cakrawala di tengah birunya lautan, terus dilantunkan oleh masyarakat yang menggantungkan hidup dari dunia kepariwisataan.
Lantunan harapan itu, saat ini mulai terjawab perlahan tapi pasti membangkitkan sektor pariwisata di "Sai Bumi Ruwa Jurai", sebutan untuk bumi Lampung, pada momen hari kemenangan, saat pandemi COVID-19 mulai melandai.
Ribuan kendaraan dengan pelat dari berbagai daerah mulai padat merayap di ruas jalan menuju objek wisata bahari di sepanjang Teluk Lampung di perbatasan Kota Bandarlampung serta Kabupaten Pesawaran sejak sehari setelah Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah.
Baca juga: Wisatawan asal luar Lampung mulai datangi objek wisata bahari
Wisatawan terlihat mulai memadati objek wisata bahari, salah satunya Pantai Mutun dan beberapa pantai di sekitar yang telah termasyur hingga ke berbagai daerah di luar Lampung.
Kepadatan itu tergambar dengan berubahnya lanskap pantai yang berpasir putih menjadi lautan manusia yang tengah asyik membenamkan diri di dalam deburan ombak laut yang tersapu membasahi kaki, aroma khas pantai yang semerbak dan sengat Matahari yang menyelisip di antara pohon kelapa.
Peningkatan pengunjung objek wisata bahari diungkapkan oleh salah seorang pengelola wisata bahari di Kabupaten Pesawaran, Lampung, Aan Afandy, sembari mengatur keluar masuk kendaraan wisatawan di objek wisata bahari yang cukup padat pengunjung.
Menurut pria berkacamata itu, wisatawan telah padat menghabiskan waktu berlibur di objek wisata bahari sejak sehari setelah Hari Raya Idul Fitri.
Dengan harga tiket yang masih terjangkau yakni per orang Rp20 ribu, kendaraan roda empat Rp30 ribu, kendaraan roda dua Rp35 ribu, bus besar Rp500 ribu dan bus kapasitas kecil Rp400 ribu membuat pengunjung yang rata-rata merupakan pemudik asal berbagai daerah menjadikan wisata bahari sebagai primadona.
"Hari pertama setelah Lebaran kemarin bisa lebih dari 200 orang pengunjung yang datang sejak pagi hari, karena ini konsepnya wisata keluarga banyak yang datang bersama keluarga. Yang mendominasi masih banyak roda empat yang berasal dari Palembang dan daerah sekitar Lampung," katanya.
Dengan kapasitas tempat wisata yang mampu menampung hingga 5.000 pengunjung, diperkirakan terjadi peningkatan signifikan kedatangan wisatawan pada akhir pekan, menjelang habis waktu libur pekerja.
Guna mengantisipasi adanya penumpukan pengunjung, pihak pengelola pantai telah bekerja sama dengan kepolisian dan pihak terkait untuk melakukan sistem buka tutup tempat wisata.
Bila kepadatan antrean pelaku wisata tak terurai maka pengalihan tujuan wisata ke berbagai destinasi wisata lainnya akan dilakukan.
Adanya peningkatan wisatawan di periode mudik Lebaran 2022 di objek wisata bahari juga telah membawa berkah bagi penyewaan kapal wisata.
Dalam sehari pemilik kapal wisata mampu menyewakan keseluruhan kapal yang dimiliki untuk mengantarkan para wisatawan menyeberang ke Pulau Pahawang dan Tegal Mas.
Baca juga: Lampung gelar Kejuaraan Surfing Internasional pulihkan pariwisata
Salah seorang pemilik penyewaan kapal, Sahat, mengatakan semua kapal dengan kapasitas angkut 15 orang telah tersewa untuk menyeberangkan wisatawan ke berbagai pulau wisata, dengan tarif berkisar Rp150 ribu untuk satu kapal sekali penyeberangan.
"Tiga kapal semua terpakai, Sabtu dan Minggu ini akan lebih banyak lagi yang menyeberang ke pulau. Kebanyakan dari luar daerah untuk wisatawan yang menyewa kapal," ujar pria yang akrab di panggil Aat itu.
Dia melanjutkan, musim libur Lebaran di tengah melandai kasus COVID-19 telah membantu pemilik penyewaan kapal yang sempat kehilangan mata pencaharian akibat ditutupnya objek wisata bahari, untuk kembali mencari nafkah bagi keluarga.
Keramaian kunjungan wisatawan tidak hanya terjadi di objek wisata bahari, namun merambat ke berbagai objek wisata alam lainnya di Kota Bandarlampung dan sekitarnya.
Selain itu, berkah hari raya selain dirasakan pengelola objek wisata dan masyarakat di sekitarnya, juga berpengaruh besar bagi penjual oleh-oleh di sepanjang Jalan Lintas Sumatera yang juga masih dalam satu kaitan di sektor kepariwisataan.
Baca juga: Wisatawan luar daerah ramai kunjungi Pantai Sebalang Lampung Selatan
Di sepanjang Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum), tepatnya di pinggir ruas jalan nasional di Kecamatan Panjang, Kota Bandarlampung, sejak 20 tahun silam menjadi salah satu pusat buah tangan populer bagi pengemudi yang melintas.
Namun, dalam beberapa tahun belakangan, dengan adanya pengalihan rute akibat jalan tol, hingga pandemi COVID-19 yang tiba-tiba menerpa, telah membuat sentra oleh-oleh murah itu terkikis dimakan waktu dan perlahan meredup.
Jajaran toko semi permanen terbuat dari papan kayu yang terjajar rapi di pinggir ruas jalan nasional, dengan berbagai kemplang dan keripik pisang serta kerajinan dari kerang yang tergantung melambai-lambai kepada setiap pengguna jalan untuk mampir membeli, saat ini tidak banyak yang mampu bertahan dan memilih untuk menutup permanen usahanya.
Farida, salah seorang pemilik toko di sentra oleh-oleh Jalinsum. Ia telah mencari peruntungan selama 20 tahun lebih di tempat itu dengan menjajakan jajanan khas Lampung. Hasil usahanya mengantarkan kedua anaknya menempuh pendidikan tinggi.
Ia mengaku mengalami peningkatan penjualan pada libur Lebaran kali ini setelah dua tahun lamanya terpuruk.
Dengan modal mencapai Rp40 juta untuk mengisi rak-rak dengan kemplang, keripik pisang berbagai rasa, dan kerajinan tangan dari kerang, dalam tiga hari terakhir mampu mengembalikan modal awal dan mendapatkan profit pada momen mudik tahun ini.
Pemudik sepeda motor yang melintas tak segan lagi mengeluarkan uangnya untuk berbelanja jajanan khas bagi keluarga di kampung halaman.
Sentra buah tangan di kawasan itu pun kembali beroleh harapan untuk tumbuh dan berkembang sebagai tempat usaha perekonomian warga.
Setelah dua tahun pandemi COVID-19 membatasi gerak, bahkan menggugurkan dunia kepariwisataan, momen Lebaran 2022 menjadi titik balik pariwisata Lampung kembali bangkit dari keterpurukan.
Pada pelaku pariwisata setempat telah mengaplikasikan beragam cara bertahan di tengah pandemi untuk selanjutnya, pascapandemi, memperkuat fondasi kepariwisataan di "Sai Bumi Ruwa Jurai" itu.
Baca juga: Bupati Pesawaran tegur tempat wisata tak terapkan prokes
Baca juga: Pantai Mutiara Baru Lampung jadi lokasi pengamatan burung migran
Baca juga: Kelompok sadar wisata di Lampung Timur buat wisata sawah
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022