"Sebanyak 128 orang terindikasi HIV dan sebanyak sembilan orang terindikasi AIDS," kata Kepala Seksi Pencegah dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Depok, Mahendra, di Depok, Rabu.
Ia menjelaskan dari sembilan orang penderita AIDS, delapan orang sudah meninggal. Menurut dia, umumnya dari hasil survei 100 orang sebanyak 15 persen lebih terindikasi HIV dan AID karena jarum suntik.
"Penyebab lainnya karena penyimpangan seksual dan seks bebas," jelasnya.
Penemuan terakhir penderita HIV/AID adalah ketika ditemukannya empat kantong darah di PMI Cabang Kota Depok terinfeksi virus HIV AIDS.
Data tersebut sesuai dengan data Dinas Kesehatan Kota Depok hingga awal tahun 2009 dari 19 rumah sakit swasta dan RSUD Depok.
"Dua kantong darah yang terindikasi HIV berasal dari PMI Kota Depok dan dua kantong darah yang berasal dari Rumah Sakit Bhakti Yudha," ujarnya.
Ia menjelaskan jumlah kantong darah yang terkumpul dari tahun 2008 sampai Januari 2009 sebanyak 1.964 kantong. Setelah dilakukan penelitian ada empat kantong yang terindikasi.
Dikatakannya lolosnya keempat orang itu mendonorkan darahnya karena mereka tidak melalui tes bimbingan terlebih dahulu.
Untuk mencegah penyebaran virus HIV/AIDS agar tidak semakin menyebar kepada warga Depok, Dinkes Depok melakukan harm reduction atau ?Pengurangan Dampak Buruk? yaitu denga cara penukaran jarum suntik yang telah digunakan dengan yang baru.
"Program tersebut merupakan pendekatan yang aman dan efektif, sehingga diharapkan mampu mengurangi laju epidemi HIV," katanya.
Ia mengatakan dengan adanya harm reduction tersebut diharapkan dapat mengurangi tingkat penderita HIV/AIDS. Saat ini, tingkat penderita dari IDU (injection Drugs Users) atau pengguna jarum suntik sekitar 90 persen dari total keseluruhan.
"Tingginya angka tersebut dinilai karena karena kurangnya keasadaran masyarakat tentang bahaya menggunakan jarum suntik," jelasnya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009