Cilegon (ANTARA) - Berpacu agar segera tiba di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, dan menempati antrean terdepan untuk memasuki kapal menuju Pelabuhan Merak, Banten, merupakan alasan utama mengapa Ibu Ute tidak sempat membeli buah tangan khas Sumatera di Lampung.

Ia bersama dengan keluarganya menempuh jalur Tol Trans Sumatera agar tiba dalam waktu yang singkat di Pelabuhan Bakauheni. Guna memangkas waktu, ia terpaksa meninggalkan Pulau Sumatera tanpa sempat membawa buah tangan khas Sumatera

Akan tetapi, gundah yang mungkin sempat melanda perasaan Ibu Ute terusir oleh kehadiran para penjual di pinggir jalan di Pelabuhan Merak yang menjajakan buah tangan khas Sumatera.

Ute lekas membeli buah tangan berupa keripik pisang kepok rasa coklat dan keripik kemplang dengan sambal khasnya.

Oleh karenanya, kehadiran para pedagang oleh-oleh khas Sumatera di Pelabuhan Merak merupakan angin segar bagi mereka yang belum sempat membeli buah tangan dari kampung halaman. Terutama, buah tangan yang merupakan makanan kering.

Tak dapat dipungkiri, cita rasa dari makanan daerah dapat membantu seseorang untuk mengenang rumah dan tanah kelahiran mereka. Jajanan khas daerah yang menghadirkan memori masa kecil, hingga aroma sambal yang menggoda selalu memiliki cara tersendiri untuk membawa siapa pun terhanyut ke dalam masa lalu mereka.

Tak jarang, ketika berbagi meja makan dengan kerabat setelah bertahun-tahun terhalang oleh pandemi COVID-19, cerita mengenai nostalgia makanan dapat terasa lebih menyenangkan untuk dibahas apabila dibandingkan dengan lontaran pertanyaan mengenai perjalanan karier hingga calon pasangan hidup.

Oleh karena itu, ketika menjelang akhir dari cuti bersama pada perayaan Lebaran Tahun 2022, terdapat dorongan untuk membeli makanan khas daerah asal yang dapat bertahan dalam waktu yang lama.

Berdasarkan pengakuan seorang pemudik bernama Aska yang berasal dari Bandarlampung, dorongan tersebut berasal dari keinginan untuk mengenang kampung halamannya lebih lama lagi ketika sudah sampai di Tigaraksa, Tangerang.

Pilihannya juga jatuh pada keripik kemplang dan keripik pisang.

Uniknya, Aska tidak membeli keripik kemplang dan keripik pisang di Pelabuhan Merak karena dirinya tidak sempat membeli di Sumatera. Justru, ketika ketika ia membeli keripik kemplang di Pelabuhan Merak, sudah terdapat sekarung keripik kemplang lain yang digantung di atas mobil pribadi.

Aska mengatakan, ia merasa perlu untuk membeli keripik kemplang dan keripik pisang lagi karena ia takut merasa kurang ketika sudah berada di Tangerang.

Tentu saja, keripik kemplang dan keripik pisang yang ia beli bukan hanya untuk konsumsi keluarga, melainkan juga untuk menjadi oleh-oleh bagi rekan-rekan di tempat kerjanya.

Baca juga: Dua tahun tak mudik, pemudik ke Sumatera curhat rindu pantai-makanan

Peningkatan penjualan

Pedagang oleh-oleh makanan ringan khas Sumatera, Saif, mengatakan hingga H+3 Lebaran, terjadi peningkatan penjualan sekitar 50 persen apabila dibandingkan dengan hari-hari biasa.

Dalam periode Lebaran Tahun 2022, Saif mulai aktif berjualan oleh-oleh khas Sumatera pada H+2 Lebaran. Adapun puncak penjualan yang ia rasakan adalah pada Kamis (5/5).

Pembeli lebih ramai berdatangan pada malam hari dan paling jarang berdatangan pada pagi hari. Siang hari menjelang pukul 13.00 WIB biasanya menjadi awal mula peningkatan pembeli yang menghampiri tempat Saif menjajakan dagangannya.

Adapun jenis makanan ringan yang paling dicari oleh para pembeli adalah keripik kemplang dan keripik pisang dengan berbagai rasa. Kedua makanan ringan tersebut telah menjadi primadona di antara para pembeli.

Dengan kisaran harga Rp20.000 sampai dengan Rp35.000, pembeli sudah dapat membawa pulang makanan ringan khas Sumatera ini. Adapun pembeda dari harga yang ia sebutkan adalah ukuran dan merek dari makanan ringan yang dipilih oleh pembeli.

Tidak jauh dari tempat Saif berjualan, juga terdapat Andre yang menjual buah tangan khas Sumatera yang serupa dengan Saif.

Andre mengungkapkan bahwa oleh-oleh berupa keripik kemplang dan keripik pisang ini ia peroleh dari Lampung. Oleh karena itu, cita rasa yang akan diperoleh para pembeli merupakan cita rasa yang asli dari Lampung.

Terkait jam operasional, Andre mengatakan bahwa tempatnya berjualan buka selama 24 jam dan dirinya menjaga tempat tersebut secara bergantian dengan rekan-rekannya.

Sayangnya, berbeda dengan Saif, Andre tidak merasakan adanya peningkatan penjualan yang signifikan sejak masa arus balik dari Lebaran Tahun 2022 dimulai. Ia berharap, pada puncak arus balik hingga nanti ketika arus balik berakhir, terjadi peningkatan penjualan yang lebih baik.

Baca juga: Kacang tojin, camilan wajib saat Lebaran di Sumatera Barat

Kepadatan lalu lintas

Letak para penjual oleh-oleh khas Sumatera yang berada tepat di jalur keluar Pelabuhan Merak dapat menimbulkan kepadatan hingga kemacetan lalu lintas. Kepadatan tersebut acapkali disebabkan oleh mobil-mobil pribadi yang mendadak menepi dan berhenti di pinggir jalan untuk melakukan transaksi.

Kepada para pembeli yang ingin menepi sebaiknya mempertimbangkan kemungkinan kepadatan jalan ketika berbelanja. Mencari titik parkir pada lokasi yang aman dan tidak memakan badan jalan merupakan solusi dari permasalahan tersebut.

Dengan demikian, situasi arus balik akan lebih lancar, khususnya untuk pemudik ataupun pelaku perjalanan lainnya yang berasal dari Sumatera.*

Baca juga: Kemenperin gelar pameran makanan dan kerajinan Sumatera Barat

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022