Angka kematian global lebih tinggi pada pria (57 persen) daripada wanita (43 persen) dan lebih tinggi di antara orang dewasa yang berusia lebih tua

Jenewa (ANTARA) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (5/5) mengatakan bahwa terdapat hampir 15 juta kematian secara global yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pandemi COVID-19 hingga akhir 2021.

Menurut perkiraan WHO, jumlah kematian COVID-19 secara penuh, atau "kematian berlebih", mencapai sekitar 14,9 juta selama periode 1 Januari 2020 hingga 31 Desember 2021. Angka itu dihitung dari selisih antara jumlah kematian yang telah terjadi dan jumlah yang diperkirakan tanpa adanya pandemi berdasarkan data dari tahun-tahun sebelumnya.


Foto yang diabadikan pada 30 Maret 2021 ini menunjukkan bagian luar dari kantor pusat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss. (Xinhua/Chen Junxia)

Selain kematian yang disebabkan langsung oleh COVID-19, terdapat pula "kematian tidak langsung" yang disebabkan oleh sejumlah kondisi kesehatan lain yang membuat masyarakat tidak dapat mengakses pencegahan dan pengobatan akibat sistem kesehatan yang terbebani oleh pandemi.

WHO mengatakan sebagian besar dari kematian berlebih, atau sebanyak 84 persen, terkonsentrasi di negara-negara Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika, serta sekitar 68 persen hanya di sepuluh negara secara global. Negara-negara berpenghasilan menengah menyumbang 81 persen dari 14,9 juta kematian berlebih, sedangkan negara-negara berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah masing-masing menyumbang sebesar 15 dan 4 persen.

Seorang wanita menggambar hati berwarna merah di National COVID Memorial Wall di London, Inggris, pada 9 Agustus 2021. (Xinhua/Han Yan)

Angka kematian global lebih tinggi pada pria (57 persen) daripada wanita (43 persen) dan lebih tinggi di antara orang dewasa yang berusia lebih tua.

"Data yang memprihatinkan ini tidak hanya menunjukkan dampak pandemi, tetapi juga kebutuhan semua negara untuk berinvestasi dalam sistem kesehatan yang lebih tangguh, yang dapat mempertahankan layanan kesehatan penting selama krisis, termasuk sistem informasi kesehatan yang lebih kuat," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan.

Pewarta: Xinhua
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2022