Kami minta seluruh fasilitas kesehatan, terutama rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat di Surabaya agar meningkatkan pengawasan

Surabaya (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengimbau warga di Ibu Kota Provinsi Jawa Timur itu mewaspadai terhadap temuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia sejak 15 April 2022.

"Kami minta seluruh fasilitas kesehatan, terutama rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat di Surabaya agar meningkatkan pengawasan," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina di Surabaya, Jumat.

Menurut dia sampai saat ini di Kota Surabaya belum ada laporan terkait penemuan kasus hepatitis akut.

Meski begitu, lanjut dia, pada 28 April 2022, melalui surat edaran (SE) pihaknya telah meminta setiap fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) untuk meningkatkan upaya dan kesiapsiagaan mewaspadai potensi kasus tersebut.

Surat edaran tersebut menindaklanjuti SE Kemenkes RI Nomor HK 02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya pada tanggal 27 April 2022.

Ia mengatakan sejumlah upaya meningkatkan kewaspadaan dini kepada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan pun dimaksimalkan. Bagi setiap rumah sakit, lanjut dia, Dinkes Surabaya meminta agar melakukan pengamatan semua kasus sindrom jaundice akut yang tidak jelas penyebabnya dan ditangani sesuai SOP serta pemeriksaan laboratorium.

"Kemudian, melakukan Hospital Record Review (HRR) terhadap hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya dan melaporkan segera jika ada penemuan kasus potensial sesuai indikasi kasus tersebut," katanya.

Sedangkan bagi setiap puskesmas, pihaknya meminta agar seluruhnya melakukan penguatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada seluruh masyarakat Kota Surabaya. Termasuk pula upaya pencegahan melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) secara konsisten dalam berkegiatan sehari-hari dan di lingkungan tempat tinggal.

"Kami juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera mengakses fasyankes di puskesmas setempat apabila mengalami sindrom jaundice," katanya.

Selain itu, kata dia, Dinkes juga meminta setiap Puskesmas agar memantau dan melaporkan kasus sindrom jaundice akut secara rutin melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), dengan gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urin berwarna gelap yang timbul secara mendadak.

Ia juga meminta seluruh Puskesmas di Surabaya agar melakukan penguatan jejaring kerja surveilans lintas program dan lintas sektor di masing-masing wilayah kerja. "Segera memberikan notifikasi (pelaporan melalui SKDR) apabila terjadi peningkatan kasus sindrom jaundice akut maupun penemuan kasus ke Dinkes Kota Surabaya," kata dia.

Dia menjabarkan sejumlah ciri-ciri anak yang terjangkit hepatitis akut mulai dari penurunan kesadaran, Pyrexia (demam tinggi), muncul perubahan warna urin (gelap) atau feses (pucat), Jaundice (terjadinya perubahan warna menjadi kekuningan pada kulit, bagian putih dari mata, dan juga membran mukosa anak) dan Pruritis (gatal pada kulit).

"Selain itu, ciri lain adalah Arthralgia/myalgia (nyeri Sendi atau pegal-pegal). Kemudian mual, muntah, atau nyeri perut. Ciri lain yakni, lesu, dan/ atau hilang nafsu makan dan diare," katanya.

Ketika ditanya mengenai langkah pertama yang harus dilakukan jika ada anak terindikasi tertular hepatitis akut, ia meminta kepada orang tua agar tetap tenang. Selanjutnya, segera membawa anak tersebut ke fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan penanganan dari tim medis dan pemeriksaan lebih lanjut.

"Juga, melaporkan ke Puskesmas di wilayah tempat tinggal untuk selanjutnya dilakukan investigasi (penelusuran) sebagai upaya pencegahan penularan," demikian Nanik Sukristina.

Baca juga: Indonesia tingkatkan kewaspadaan hepatitis akut misterius pada anak

Baca juga: Pemprov Jatim waspadai hepatitis akut bergejala berat pada anak

Baca juga: WHO: Lonjakan kasus hepatitis akut sebabkan seorang anak meninggal

Baca juga: IDI dan IDAI imbau waspadai dini hepatitis akut

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022