Garissa, Kenya (ANTARA News) - Seorang prajurit Kenya tewas setelah ledakan bom rakitan menghantam sebuah truk militer di dekat perbatasan Somalia, Kamis, kata militer.
Ledakan itu merupakan yang terakhir dari serangkaian serangan di dekat perbatasan sejak pasukan Kenya melakukan penyerbuan ke wilayah Somalia untuk memburu gerilyawan Al-Shabaab, lapor Reuters.
Juru bicara angkatan darat Emmanuel Chirchir mengatakan, empat prajurit lain cedera setelah truk pasukan itu dihantam ledakan ketika sedang berpatroli di kota perbatasan Mandera.
Kenya dilanda gelombang serangan gerilya sejak mereka mengirim pasukan ke Somalia pada Oktober untuk memerangi Al-Shabaab yang dianggap bertanggung jawab atas penyerangan dan penculikan terhadap warga asing di negara itu.
"Setelah insiden ini, lima prajurit KDF (Pasukan Pertahanan Kenya) cedera serius dan diangkut dengan pesawat ke Garissa untuk memperoleh perawatan. Pada saat pengangkutan itu, salah seorang dari mereka tewas akibat luka-lukanya," kata Chirchir dalam sebuah pernyataan.
Chirchir menambahkan, truk itu membawa 13 prajurit.
Media setempat mengatakan, 11 prajurit cedera dalam serangan di Mandera, yang terletak di wilayah timurlaut Kenya dekat perbatasan keropos dengan Ethiopia dan Somalia.
Chirchir juga mengkonfirmasi bahwa jet-jet tempur Kenya membom dua pangkalan militan di Somalia pada Rabu dekat kota Badade.
Pasukan Kenya pada 16 Oktober meluncurkan penyerbuan ke Somalia untuk memburu Al-Shabaab yang dituduh mendalangi penculikan warga asing di Kenya dan mengklaim telah membunuh puluhan gerilyawan dari kelompok tersebut.
Pada 17 Oktober, Al-Shabaab membantah tuduhan Kenya bahwa mereka mendalangi sejumlah penculikan warga asing di negara tersebut akhir-akhir ini.
Al-Shabaab menuduh pemerintah Kenya menggunakan isu penculikan sebagai dalih untuk melakukan penyerbuan ke Somalia.
Dalam waktu kurang dari sebulan, seorang wanita Inggris dan seorang wanita Prancis diculik dari kawasan wisata pantai Kenya dalam dua insiden terpisah, yang merupakan pukulan besar bagi industri pariwisata di Kenya.
Pada 13 Oktober, dua wanita pekerja bantuan asal Spanyol diculik dari kamp pengungsi Dadaab, Kenya, kamp terbesar di dunia yang menjadi tempat bagi sekitar 450.000 pengungsi yang sebagian besar orang Somalia yang menyelamatkan diri dari kekeringan, kelaparan dan perang.
Penculikan-penculikan itu juga diyakini dilakukan oleh Al-Shabaab Somalia. Belum ada tuntutan yang diumumkan oleh penculik bagi pembasan para sandera itu.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011