Investor luar negeri melepas ekuitas Asia senilai 14,22 miliar dolar AS dalam penjualan bersih bulan keempat berturut-turut
Bengaluru, India (ANTARA) - Ekuitas Asia melihat arus keluar modal asing besar-besaran pada April di tengah ekspektasi kebijakan hawkish oleh Federal Reserve AS dan kekhawatiran atas dampak penguncian China pada pertumbuhan regional.
Investor luar negeri melepas ekuitas Asia senilai 14,22 miliar dolar AS dalam penjualan bersih bulan keempat berturut-turut, menurut data Refinitiv untuk bursa saham di Taiwan, India, Korea Selatan, Filipina, Vietnam, Indonesia, dan Thailand.
Gabungan penjualan asing bersih di kawasan itu selama Januari hingga April mencapai 45,76 miliar dolar AS, terbesar dalam empat bulan pertama setidaknya sejak 2008.
Para analis mengatakan kenaikan ekspektasi untuk pengetatan kebijakan moneter yang agresif di Amerika Serikat, dan penguncian di China, yang berdampak pada bisnis regional, membuat investor tidak bergerak pada April.
"Saham-saham pertumbuhan yang sensitif terhadap suku bunga melihat tekanan yang lebih besar dari diskon laba masa depan, yang dapat diterjemahkan ke arus keluar yang lebih luas di Taiwan dan Korea Selatan," kata Jun Rong Yeap, ahli strategi pasar di IG, dikutip dari Reuters.
Ekuitas Taiwan, Korea Selatan dan India melihat arus keluar asing masing-masing sebesar 8,86 miliar dolar AS, 4,97 miliar dolar AS dan 2,24 miliar dolar AS.
Meningkatnya inflasi juga tetap menjadi perhatian utama investor di Korea Selatan dan India, kata Alicia Garcia Herrero, kepala ekonom Asia Pasifik di Natixis.
Inflasi konsumen Korea Selatan mencapai level tertinggi lebih dari 13 tahun pada April. Sementara itu, bank sentral India menaikkan suku bunga pinjaman utama sebesar 40 basis poin minggu ini, untuk menjinakkan lonjakan harga-harga ritel.
Namun, ekuitas Indonesia, Thailand dan Vietnam menyaksikan arus masuk asing masing-masing sebesar 1,57 miliar dolar AS, 289 juta dolar AS dan 175 juta dolar AS pada April.
"Pasar Asia Tenggara mendapatkan daya tarik karena kawasan ini menawarkan potensi pertumbuhan terbaik," kata Suresh Tantia, ahli strategi investasi senior di Credit Suisse.
"Faktanya, kawasan ini diperkirakan akan memberikan pertumbuhan laba yang unggul daripada rekan-rekannya di Asia Utara karena mendapat manfaat dari pemulihan pascapandemi, harga komoditas yang lebih tinggi, dan bank sentral yang masih akomodatif."
Baca juga: Saham Asia sebagian besar menguat, tetapi ekuitas China jatuh
Baca juga: Emas naik setelah ekuitas AS jatuh dan perang Ukraina-Rusia berlanjut
Baca juga: Ekuitas Asia hadapi arus keluar asing terbesar dua tahun pada Maret
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022