Riyadh (ANTARA News) - Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Rabu, menandatangani perjanjian untuk menyerahkan kekuasaannya setelah 33 tahun berkuasa, peristiwa yang Raja Arab Saudi Abdullah puji sebagai menandai "lembaran baru" dalam sejarah negara miskin itu.

Gambar langsung upacara tersebut, yang disiarkan oleh televisi negara Saudi, memperlihatkan Saleh mendandatangani perjanjian yang diperantarai oleh Teluk dan PBB itu di istana raja Al-Yamama di Riyadh, disaksikan oleh sejumlah anggota oposisi Yaman dan juga Raja Abdullah serta para menteri luar negeri negara-negara Teluk, lapor Reuters.

Wakil-wakil dari partai yang berkuasa dan oposisi juga menandatangani perjanjian yang dimaksudkan untuk mengakhiri kekerasan mematikan 10 bulan itu, dalam acara yang juga dihadiri oleh Putera Mahkota Saudi Nayef.

Berdasarkan perjanjian itu, yang Saleh elakkan selama berbulan-bulan sebagai tantangan terhadap tekanan domestik dan internasional, pemimpin veteran tersebut akan menyerahkan kekuasaannya pada Wakil Presiden Abdrabbu Mansur Hadi sebagai imbalah bagi kekebalan dari penuntutan hukum atas dirinya dan keluarganya. Saleh masih akan menjadi presiden kehormatan selama 90 hari.

"Hari ini lembaran baru dalam sejarah anda dimulai," kata raja Saudi pada delegasi Yaman saat mereka menandatangani perjanjian itu.

Penandatanganan perjanjian itu merupakan upaya keempat untuk menyelesaikan perjanjian pengalihan kekuasaan yang Saleh pungkiri pada tiga kesempatan sebelumnya pada menit terakhir, sehingga keningkatkan kerusuhan yang telah mendorong gerilyawan Al Qaida di tetangganya Saudi, penghasil minyak nomer 1 dunia, lapor AFP.

Para aktivis yang berkemah di Sanaa pusat telah meminta Saleh mengakhiri 33 tahun pemerintahannya sekarang.

Tentara pemerintah telah bertempur dengan orang-orang bersenjata yang setia pada seorang pemimpin suku oposisi yang berpengaruh di ibu kota dan dan beberapa bentrokan telah dilaporkan di kota Taiz di Yaman selatan.

Utusan PBB Jamal Benomar, dengan dukungan dari AS dan Uni Eropa, berusaha untuk menemukan kompromi guna melaksanakan perjanjian peralihan kekuasaan yang disusun oleh Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang memiliki enam anggota.

Berdasarkan rencana GCC itu, Saleh akan mengalihkan semua kekuasaanya pada wakilnya, Abdrabbu Mansur Hadi, yang akan membentuk pemerintah baru dangan oposisi dan meminta pemilihan presiden yang dipercepat dalam tiga bulan. (S008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011