"Api yang menyala di dada kita tidak akan padam dan api itu pula yang akan mengingatkan persahabatan kita sebagai masyarakat Asia Tenggara"
Palembang (ANTARA News) - Perhelatan olahraga terakbar itu usai sudah. Obor raksasa SEA Games ke-26 yang selama 11-22 November terus menyala di Gelora Sriwijaya Kompleks Olahraga Jakabaring Palembang juga telah dipadamkan, selepas Wakil Presiden Boediono menutup secara resmi SEA Games 2011, Selasa malam.
Namun, kenangan akan germerlap pesta olehraga tentu akan begitu saja lekang dari benak atlet, ofisial, penonton dan masyarakat Palembang dan Jakarta.
Dengan menafikan kekurangan-kekurangan kecil di sana-sini, dua kota itu terbukti sukses menjadi tuan rumah SEA Games 2011. Padahal hari-hari menjelang pelaksanaan olahraga multicabang se-Asia Tenggara itu, sejumlah pihak sangat pesimistis bahwa SEA Games bakal bisa digelar dengan baik di Indonesia.
Kesemrawutan persiapan arena dan wisma atlet yang kerap diberitakan, nyatanya tak menjadi penghalang berarti. Indonesia bukan hanya sukses menyelenggarakan SEA Games, tapi juga sukses mengukir prestasi gemilang pada pesta olahraga terakbar se-Asia Tenggara itu.
Indonesia akhirnya tampil sebagai juara umum dengan mengumpulkan 182 medali emas, 151 perak dan 143. Capaian prestasi itu sekaligus juga menyudahi kemarau panjang juara umum yang sejak 1997 lepas dari Indonesia.
"Khusus kepada kontingen Indonesia, selamat atas keberhasilan menjadi juara umum. Kita masyarakat Indonesia sangat bangga atas prestasi para atlet semua. Juga terima kasih kepada masyarakat Sumsel dan Ibukota Jakarta yang telah memberikan yang terbaik sebagai tuan rumah," kata Boediono yang kemudian disambut tepuk tangan puluhan ribu penonton yang memadati Stadion Gelora Sriwijaya.
Namun menurut Wapres, pemenang sesungguhnya pada SEA Games 2011 adalah seluruh warga Asia Tenggara karena para atlet berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa telah terjalin persahabatan sejati di antara negara peserta .
"Api yang menyala di dada kita tidak akan padam dan api itu pula yang akan mengingatkan persahabatan kita sebagai masyarakat Asia Tenggara," kata Boediono.
Indonesia juga dinilai telah menjadi penyelenggara yang baik, yang menjunjung tinggi "fair play", terbukti dari minimnya keluhan kecurangan-kecurangan di pelbagai arena. Bahkan kekhawatiran tentang buruknya arena pertandingan, juga tak muncul dari para atlet seantero Asia Tenggara.
"Para atlet, pelatih dan anggota kontingen sudah memberikan yang terbaik melalui pertarungan yang berlangsung secara jujur dan adil," kata Budiono.
Wapres juga menyampaikan perhargaan setinggi-tingginya kepada KONI, KOI, Inasoc dan seluruh relawan yang bekerja secara maksimal untuk memastikan seluruh pertandingan berjalan lancar.
"Terima kasih kepada KONI, KOI, Inasoc, relawan, para sponsor dan donatur yang telah bekerja keras untuk memastikan SEA Games berjalan lancar," kata Boediono.
Insiden
Meskipun berjalan lancar, pelaksanaan SEA Games juga membawa kegetiran bagi keluarga dua suporter sepak bola Indonesia. Reno Alvino (21) dan Aprilianto Eko Wicaksono (14) tewas saat berdesak-desakan saat masuk ke Stadion Gelora Bung Karno untuk menyaksikan final sepakbola antara Indonesia vs Malaysia, pada Senin (21/11) malam.
Atas insiden itu Wapres secara khusus menyampaikan ucapan bela sungkawa atas tewasnya dua penggemar sepak bola itu. "Di tengah kemeriahan, terdapat kabar duka karena dua pendukung sepak bola meninggal dunia, atas nama pemerintah dan pribadi kami meyampaikan ucapan bela sungkawa sedalam-dalamnya," katanya.
Pada pertandingan yang sangat darmatik itu, suporter Indonesia harus memendam emosi tertahan karena timnas Garuda Muda harus mengakui kekalahan atas kesebelasan Malaysia.
"Juara umum memang menjadi kurang sempurna tanpa kemenangan sepak bola, tapi Garuda Muda sepenuhnya telah bermain sangat gemilang," kata Menpora Andi Alfian Malarangeng.
Menurut Menpora kegemilangan prestasi Indonesia itu harus disyukuri, karena itu didapat dengan kerja keras semua pihak. "Kalau kita bekerja keras, ternyata kita bisa," katanya.
Keberhasilan Indonesia menjadi juara umum tidak lepas dari kontribusi besar sejumlah cabang olahraga baru yang dipertandingkan, seperti sepatu roda, panjat tebing, dan soft tenis. Sepatu roda sukses menyapu bersih 12 emas, demikian juga dengan soft tenis yang menyapu bersih tujuh emas. Sedangkan panjat tebing, Indonesia menyabet sembilan dari 10 emas yang diperebutkan.
Namun, pada SEA Games 2013 di Myanmar cabang olahraga itu menghadapi ancaman tidak dipertandingkan lagi, karena Indonesia dinilai terlalu dominan.
Sementara itu, melihat kekurangan penyelenggaraan SEA Games 2011, Myanmar yang akan menjadi tuan rumah SEA Games 2013, bertekad akan bekerja lebih baik.
Ketua kontingen Myanmar, Naw Tawng mengatakan Myanmar akan melakukan dengan lebih baik dibandingkan Palembang. "Kami akan mencoba yang terbaik," ujarnya opitimistis. (*)
Oleh Teguh Priyanto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011