Washington (ANTARA News) - Presiden AS Barack Obama, Senin (21/11), mensahkan sanksi baru yang terarah terhadap Iran, termasuk sektor energi dan petrokimia di Republik Islam tersebut.
Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan Menteri Keuangan Timothy Geithner mengungkapkan tindakan baru tersebut di Departemen Luar Negeri AS.
Amerika Serikat mengeluarkan peringatan mengenai ancaman terhadap semua pemerintah dan lembaga keuangan yang melakukan bisnis dengan bank Iran. Tapi negara adidaya tunggal tersebut tak sampai menjatuhkan sanksi terhadap sektor perbankan di Republik Islam itu.
Menurut Obama, itu "adalah untuk pertama kali AS pernah menyebutkan seluruh sektor perbankan Iran sebagai ancaman".
"Pesannya jelas," kata Hillary sebagaimana dikutip AFP --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa pagi. "Jika sikap keras kepala Iran berlanjut, negara itu akan menghadapi pengucilan dan tekanan yang meningkat. Hari ini Amerika Serikat melakukan serangkaian tindakan guna mempertajam pilihan ini."
Hillary, yang mengungkapkan apa yang ia sebut "peningkatan pentin tekanan atas Iran", mengatakan Amerika Serikat "mengincar sektor energi Iran secara langsung untuk pertama kali".
"Beberapa hari belakangan telah membawa bukti baru bahwa para pemimpin Iran telah terus membangkang terhadap kewajiban internasional mereka," katanya. Ia merujuk kepada laporan paling kuat yang pernah dikeluarkan badan pengawas atom PBB mengenai ambisi nuklir Iran.
Saat merinci sanksi atas barang, jasa dan teknologi bagi sektor petrokimia penting, Hillary mengatakan, "Harus ada konsekuensi atas prilaku semacam itu."
Penjualan energi Iran diperkirakan berjumlah sebanyak 70 persen dari anggaran pemerintah dan sangat penting bagi ekonomi yang lebih luas di Iran.
Sementara itu, Menteri Keuangan Timothy Geithner mengeluarkan peringatan bahwa setiap perusahaan yang melakukan bisnis dengan sektor perbankan Iran dapat menghadapi resiko mendanai kegiatan terlarang.
Pemerintah AS menyebut Iran sebagai "keprihatinan utama pencucian uang", tapi tak sampai mensahkan sanksi dengan pukulan penuh terhadap bank sentral Iran.
"Semua lembaga keuangan di seluruh dunia mesti memikirkan secara seksama mengenai resiko berbisnis dengan Iran," kata Geithner.
Inggris dan Kanada juga menetapkan tindakan baru dengan tujuan menekan Iran agar meninggalkan apa yang diduga sebagai program senjata nuklir dan Hillary mengatakan ia menduga negara lain akan mengikuti tindakan Washington.
Iran telah berkeras program nuklir bertujuan damai. (C003)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011