Surabaya (ANTARA News) - Di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian pesat, masih banyak anggota masyarakat yang melakukan acara ritual dan bertapa di puncang Gunung Lawu (3.265 M) guna mengharap berkah dari kekuatan gaib. Sejumlah pecinta alam asal Jawa Tengah yang ditemui ANTARA, Kamis, di Telaga Sarangan, mengaku masih sering menjumpai masyarakat yang melakukan wisata ritual bahkan ada di antaranya bertapa di Gunung Lawu dan mengunjungi sejumlah lokasi petilasan Raja Brawijaya V. "Pada saat malam 1 Syuro atau pergantian Tahun Baru Jawa banyak wisatawan yang melakukan ritual di puncak Lawu," kata Agus Pamungkas, salah seorang pecinta lingkungan asal Sragen yang kerap mendaki Gunung Lawu. Gunung Lawu terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, puncak tertinggi Gunung Lawu atau Puncak Argo Dumilah berada pada ketingggian 3.265 meter di atas permukaan laut. Kawasan Gunung Lawu ini memiliki luas 400 KM2 dengan Kawah Candradimuka yang masih sering mengeluarkan uap air panas dan bau belerang. Terdapat dua Kawah tua di dekat puncak Gunung Lawu, yakni Kawah Telaga Kuning and Kawah Telaga Lembung Selayur. Berdasarkan pantauan ANTARA sebagian kawasan hutan di Sarangan yang berada di lereng Gunung Lawu banyak dimanfaatkan masyarakat untuk lahan pertanian sayuran, kondisi ini berpeluang terjadi longsor. Sementara di obyek wisata Telaga Sarangan terdapat belasan hotel dan losmen serta rumah makan, meksipun demikian warga sekitar tidak khawatir kemungkinan terjadi longsor, karena mereka mengaku sudah belasan tahun bermukim di lokasi itu belum pernah terjadi longsor.Banyak tempat keramat Di Gunung Lawu banyak terdapat tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat, sehingga tidak hanya kaum muda, tetapi juga banyak orang tua yang mendaki Gunung Lawu untuk berziarah. "Masyarakat Jawa percaya bahwa puncak Lawu dahulu merupakan kerajaan yang pertama kali di Pulau Jawa. Gunung Lawu ini sangat berarti bagi masyarakat Jawa, terutama mereka yang masih percaya dengan dunia gaib," kata salah seorang warga di lereng Lawu Magetan. Pada umumnya para wisatawan mengunjungi obyek wisata puncak Gunung Lawu, selain menikmati keindahan alam berupa hutan dengan flora dan fauna yang khas, juga untuk wisata ritual, karena pada kawasan tersebut terdapat banyak tempat/petilasan Raja Brawijaya V beserta pengikutnya. Berkaitan dengan wisata minat khusus (ritual) di kawasan Puncak Lawu, kegiatan tersebut dilaksanakan hampir setiap saat dan akan mencapai puncaknya pada malam 1 Muharram (1 Syuro) pada penanggalan Jawa. Pada saat itu, banyak wisatawan naik ke Puncak Lawu baik dengan tujuan untuk menikmati keindahan alam maupun untuk melakukan ritual menyambut tahun baru penanggalan Jawa. Obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di kawasan Puncak Lawu berupa petilasan peninggalan Raja Brawijaya V dan pengikut-pengikutnya, sumur Jolotundo. Di lokasi ini Raja Brawijaya V menerima wangsit dalam perjalanan naik ke Puncak Lawu. Lumbung Selayur, di lokasi ini terdapat sumur yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan/perbekalan para pengikut Raja Brawijaya V, Pawon Sewu, terletak pada pertengahan perjalanan pendakian menuju ke Puncak Lawu. Berdasarkan legenda yang hidup di tempat ini, para pengikut Raja Brawijaya V mendirikan dapur untuk memasak makanan serta lokasi Goa Selarong. Goa ini dimanfaatkan para pengikut Raja Brawijaya V untuk bermalam sekaligus sebagai tempat pemantauan musuh. (*)

Copyright © ANTARA 2006