Jakarta (ANTARA News) - Pewakilan federasi sepak bola Indonesia atau PSSI menjenguk korban tragedi jebolnya salah satu pintu masuk Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Senin malam (21/11) yang juga mengakibatkan dua orang meninggal dunia.

"Kami akan melihat dulu kondisi korban yang luka-luka. Setelah itu kami akan mendatangi ke rumah duka korban yang meninggal," kata Sekjen PSSI Tri Goestoro di Kantor PSSI Senyan Jakarta, Selasa dini hari.

Tri Goetoro yang didampingi Direktur Media Tommy Arief pertama kali mendatangi Rumah Sakit Mintoharojo yang tidak begitu jauh dengan areal Senayan. Setelah itu akan langsung ke rumah duka salah satu korban meninggal.

"Alamatnya sudah kami ketahui. Tapi sebelumnya kesana kami akan memastikan dulu berapa suporter yang dirawat," katanya menambahkan.

Tri mengaku, sebagai federasi sepak bola Indonesia pihaknya akan memberikan santunan kepada korban meninggal dunia. Khusus untuk korban luka, pihaknya terlebih dahulu akan meminta data yang jelas dari rumah sakit.

"Santunan untuk korban meninggal sudah kami siapkan. Yang jelas akan kami berikan secara langsung kepada keluarga korban," katanya menegaskan.

Ditanya besaran dana santunan yang diberikan, Tri Goestoro tidak memberikan penjelasan dengan detail. Menurutnya santuan yang diberikan sesuai dengan kemampuan PSSI.

Sebelum pertandingan final SEA Games 2011 yang akhinya dimenangkan oleh Malaysia, terjadi tragedi yang menyebabkan dua orang meninggal dunia karena diduga terinjak-injak oleh penonton yang mendesak masuk ke stadion.

Dua orang yang meninggal dunia itu salah satunya diketahui bernama Reno Alvino warga Cililitan, Jakarta Timur sedangkan satu korban lainnya belum diketahui indentitasnya. Sedangkan puluhan orang juga mengalami luka serius.

Kericuhan itu terjadi di sektor 15 Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, yang dimulai dengan jebolnya salah satu pintu. Suporter yang masih berada di luar langsung menyerbu masuk stadion dan disitulah terjadi desak-desakan sesama suporter. (ANT)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011