Dilaporkan di Tanjung Selor, Senin, sejak sekitar 06.00 Wita warga mulai memenuhi masjid yang berusia ratusan tahun itu dan beberapa kali pembenahan sehingga menjadi bentuknya seperti sekarang ini pada masa pemerintahan Kesultanan Bulungan, yakni Sultan Muhammad Kasimuddin (1901-1925).
Shalat berjalan lancar dan khidmat meskipun masih diselimuti mendung bahkan sempat gerimis saat subuh.
Kondisi itu tidak menghalangi semangat jamaah untuk memadati masjid tertua atau salah satu bangunan bersejarah di Kalimantan Utara itu.
Baca juga: Ribuan umat Islam Shalat Idul Fitri 1443 H di Kabupaten Sikka
Baca juga: Khatib: Idul Fitri momen introspeksi diri bangun hubungan kemanusiaan
Masjid tertua di provinsi termuda itu berdiri di lahan seluas 3.560,25 m2 (meter persegi) dan memiliki luas bangunan 585,64 m2.
Pondasi dan lantainya terbuat dari campuran semen dan batu yang berlapis tegel/ubin bermotif arsitektur Eropa yang diimpor dari Belanda.
Bangunan ruang utama mempunyai beberapa tiang penyangga yang terdiri dari empat tiang utama/saka guru dengan penampang segi empat, tinggi 11,15 m. Dua belas tiang pembantu dengan penampang segiempat tinggi 8 m mengelilingi tiang utama.
Lima puluh buah tiang pembantu deretan ke tiga mengelilingi 12 tiang pembantu, merupakan deretan tiang paling bawah yang sekaligus menjadi pegangan konstruksi papan dinding dan pintu-pintu masjid.
Sebagian jamaah tidak mendapat tempat di dalam masjid yang terbuat dari kayu dan beton, berbentuk bangunan semi permanen itu.
Sebagian jamaah memadati halaman parkir terbuka dan beberapa tenda yang dipersiapkan panitia untuk mengantisipasi jika hujan.
Pada kegiatan itu, selaku imam dan khatib adalah H. Abdul Djalil Fatah. Khatib Abdul Djalil fatah dalam khutbahnya menyampaikan tentang hikmah dari puasa agar jangan dirasakan selama Ramadhan saja namun harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam merasakan empati sosial bagi warga tak mampu.
Ia juga menyampaikan pentingnya warga mendukung berbagai program pemerintah, setelah hampir dua tahun Indonesia terpuruk akibat pandemi COVID-19.
"Sehingga terlaksana Shalat Id pada 2022 adalah berkah yang harus disyukuri sehingga dengan berbagai dukungan masyarakat ia optimistis bangsa Indonesia bisa bangkit kembali dari berbagai krisis dampak pandemi," katanya.*
Baca juga: Mentan dan Gubernur Sulsel Shalat Id di pelataran Masjid Kubah 99
Baca juga: Umat Islam di Solo laksanakan Shalat Idul Fitri tetap jaga kerukunan
Pewarta: Iskandar Zulkarnaen
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022