"Pendangkalan danau cukup tinggi dari tahun ke tahun. Itu akibat, bukit yang mengelilingi Danau Rawa Taliwang kondisinya sudah kritis. Tanah dari perbukitan yang kritis itu terbawa ke danau pada saat musim hujan, sehingga menyebabkan pendangkalan," katanya di Mataram, Senin.
Ia mengakui, Danau Rawa Taliwang yang merupakan salah satu dari 11 taman wisata alam yang dikelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nusa Tenggara Barat (NTB), kondisinya kurang terawat.
Namun, hal itu bukan disebabkan karena pihaknya tidak melakukan upaya pengelolaan. Upaya pelestarian harus dilakukan secara terintegrasi antara BKSDA NTB dengan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat.
"Pengelolaan harus terintegrasi. Kami mengelola perairannya. Dinas Kehutanan Kabupaten Sumbawa Barat memperhatikan kondisi hutan di sekitar danau dan Dinas Pekerjaan Umum melakukan pengerukan untuk mengurangi pendangkalan," katanya.
Ia menyebutkan, Danau Rawa Taliwang merupakan kawasan perairan air tawar yang terletak di Kabupaten Sumbawa Barat. Kawasan ini ditunjuk sebagai Taman Wisata Alam berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 418/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 seluas 1.406 hektare (ha).
Luas kawasan danau tersebut berkurang menjadi sekitar 803 ha setelah dilakukan pemetaan pada 2007 oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII di Denpasar.
Menurut Budi, potensi wisata Danau Rawa Taliwang cukup besar, namun hingga saat ini belum dikelola secara optimal sebagai salah satu obyek wisata unggulan di Kabupaten Sumbawa Barat. (ANT)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011