Cianjur (ANTARA News) - Pihak pengelola Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP), di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Cianjur, memutuskan untuk menutup sementara kawasan wisata Gede-pangrango dari segala aktivitas pendakian. Amin Ahmadi, Kepala Satuan Tugas (Ka. Satgas) TNGP Gede-Pangrango, kepada ANTARA, Rabu, mengatakan keputusan penutupan itu sengaja dilakukan dan menjadi agenda tahunan, sebab antara Januari hingga Februari pihak pengelola tidak mau ambil resiko atas kondisi alam kawasan wisata yang kurang bersahabat dengan para pengunjung. Penutupan tersebut, menurut Amin, dilakukan tiga bulan dari 1 Januari hingga 31 Maret mendatang. Pasalnya, dalam interval waktu itu, kawasan TNGP seringkali diguyur hujan lebat, sehingga dengan kondisi seperti itu dikhawatirkan dapat terjadi badai yang bisa mengancam jiwa para pendaki. Dikatakannya bahwa secara prinsip tujuan penutupan ini sebagai uapaya "recovery" kawasan, atau memberikan kesempatan kepada flora dan fauna untuk berkembang biak, mengingat selama waktu tiga bulan ini seluruh habitat hewan penghuni TNGP melakukan perkawinan. Proses itu bisa berjalan sempurna jika tidak ada pengunjung yang datang. "Cara seperti itu dianggap efektif agar hewan langka tidak punah. Masyarakat pun harus menyadari akan hal itu, lantaran TNGP banyak menyimpan potensi cukup tinggi serta dihuni oleh hewan langka," kata Amin. Diakuinya, kendati sudah ada penutupan, pihaknya masih khawatir terhadap para pendaki illegal yang seringkali lepas dari pengawasan para petugas TNG lantaran banyaknya jalur masuk. Ia menyebutkan tidak kurang dari 21 jalur illegal seringkali dimanfaatkan oleh pendaki illegal dan pihaknya tidak mungkin mengontrol semua karena personil lapangan TNGP hanya berjumlah 63 orang. Ia mengatakan ada tiga jalur resmi pendakian, di antaranya, jalur Cibodas, Gunung Putri, dan Selabintana. Selebihnya merupakan jalur illegal dan terbilang berbahaya bagi para pendaki, ucapnya. Menyoal tentang habitat fauna penghuni kawasan TNGP, Amin memaparkan, ada tiga jenis hewan yang mendominasi kawasan itu, diantaranya, jenis primate terdiri dari kera ekor panjang, owa, serta lutung. Dari jenis mamalia, masih banyak berkeliaran macan kumbang dan tutul, dan terakhir, tidak kurang dari 50 persen spesies burung (aves) yang ada di pulau Jawa justru banyak ditemukan di TNGP.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006