Brussels (ANTARA News) - Uni Eropa, Ahad, mengecam pertumpahan darah di Mesir, tempat pasukan keamanan menewaskan sedikitnya 11 orang saat mereka membersihkan demonstran di Lapangan Tahrir di Kairo.
"Saya sangat prihatin atas kekacauan dan bentrokan hebat yang telah disaksikan di Mesir, khususnya di Lapangan Tahrir pada akhir pekan ini," kata kepala kebijakan luar negeri EU Catherine Ashton dalam sebuah pernyataan, lapor AFP.
"Saya menyesalkan terenggutnya jiwa dan banyak orang yang terluka serta menyampaikan solidaritas saya pada keluarga para korban. Saya meminta ketenangan dan pengekangan diri serta mengecam penggunaan kekerasan dalam kata-kata paling keras," katanya.
Pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya tujuh orang di Lapangan Tahrir, Ahad, yang menimbulkan bayangan gelap pada pemilihan pertama Mesir sejak jatuhnya Hosni Mubarak, yang akan diadakan pada 28 November.
Pasukan polisi dan militer telah menggunakan tongkat, gas air mata dan peluru karet untuk membersihkan lapangan di Kairo pusat itu dari ribuan demonstran yang meminta agar militer yang berkuasa menyerahkan kekuasaan pada pemerintah sipil.
Itu adalah hari kedua kekerasan di ibu kota Mesir dan di beberapa bagian lainnya di negara itu dimana pemrotes juga bentrok dengan pasukan keamanan.
"Tidak ada keraguan bahwa proses peralihan adalah proses yang sulit dan menantang," kata Ashton dalam pernyataannya.
"Saya telah menyampaikan keprihatinan saya pada masa lalu terhadap undang-undang darurat dan pengadilan militer tanpa henti.
"Undang-undang dan ketertiban harus dijamin dengan cara yang menghormati hak asasi manusia," katanya.
"Permintaan warga dan partai politik agar transisi itu bergerak maju dan perlindungan prinsip-prinsip demokrasi agar didengar."
Demonstran telah bernyanyi menentang Dewan Tertinggi Pasukan Bersenjata (SCAF) dan meminta penggulingan Panglima Tertinggi Hussein Tantawi, menteri pertahanan Mubarak dalam waktu lama, yang sekarang memimpin dewan itu.
SCAF dalam sebuah pernyataan yang dibacakan di televisi negara mengatakan mereka menyesalkan apa yang terjadi, dan menyatakan mereka berkomitmen pada jadwal waktu pemilihan.
Militer telah mengatakan mereka akan menyerahkan kekuasaan setelah pemilihan presiden, yang belum dijadwalkan. (S008/AK)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011