Kairo (ANTARA News) - Sedikitnya 11 orang tewas di Lapangan Tahrir di ibu kota Mesir, Kairo, pada Ahad, saat pasukan keamanan membubarkan demonstran yang meminta agar militer menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil.
Sedikitnya empat orang telah ditembak hingga tewas, AFP melaporkan.
Sebelumnya Dr Mohammed Fatuh yang memimpin sebuah rumah sakit lapangan di lapangan itu, memastikan bahwa tiga mayat lagi telah dibawa dengan menderita luka terkena peluru.
Petugas-petugas medis sebelumnya melaporkan empat kematian, satu karena tembakan langsung dan tiga karena sesak nafas akibat kekurangan zat asam dalam darah setelah gas air mata ditembakkan.
Kerusuhan mematikan itu terjadi sepekan sebelum pemilihan legislatif pertama sejak revolusi rakyat menggulingkan pemimpin otokratis veteran Hasni Mubarak.
Polisi dan pasukan militer Mesir telah menggunakan tongkat, gas air mata dan tembakan burung untuk membersihkan Lapangan Tahrir dari ribuan demonstran.
Bentrokan itu mengadu demonstran melawan polisi anti-kerusuhan dan militer yang mengejar mereka jauh dari pintu masuk ke lapangan tersebut dan merintangi jalan yang menuju ke kementerian dalam negeri, tempat bentrokan sepanjang hari itu.
Pasukan keamanan kemudian mundur dari lapangan itu tapi situasi tetap tidak stabil. Sepanjang hari itu, bentrokan sporadis meletus dekat kementerian dalam negeri di pinggir Lapangan Tahrir, yang tertutup oleh asap gas air mata dan dikotori dengan batu dan kaca.
Kementerian kesehatan mengatakan 759 orang terluka dalam bentrokan itu. Sekitar 40 polisi juga luka-luka, kata kementerian dalam negeri.
Demonstrasi jalanan belakangan ini telah menyaksikan kembalinya polisi anti-huru-hara, bagian dari kementerian dalam negeri yang kebanyakan digunakan oleh rezim Mubarak dalam tindakan kerasanya terhadap demonstran tapi jarang digelar sejak itu (jatuhnya Mubarak).
Pada Sabtu, demonstran menyanyikan slogan-slogan menentang Dewan Tertinggi Pasukan Bersenjata yang menerima kekuasaan dari Mubarak dan meminta pemecatan Panglima Tertinggi Hussein Tantawi, menteri pertahanannya dalam waktu lama yang memimpin SCAF.
"Jatuhkan Tantawi," ratusan demonstran berteriak di Lapangan Tahrir.
Militer mengatakan mereka akan menyerahkan kekuasaan setelah pemilihan presiden, yang sekarang belum dijadwalkan. (S008/C003)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011