Beijing (ANTARA) - toritas di Shanghai tetap mewajibkan perusahaan membayar gaji para karyawannya meskipun tidak bisa masuk kerja karena penguncian wilayah (lockdown) di kota terkaya di China itu sejak pertengahan Maret lalu.
Dalam dokumen yang dikeluarkan Biro Sumber Daya Manusia dan Ketahanan Sosial Kota Shanghai yang beredar di media China, Minggu, dicantumkan larangan bagi perusahaan memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya yang sedang menjalani karantina, menjalani perawatan medis, atau tidak bisa bekerja karena kebijakan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Perusahaan dapat mengatur karyawan bekerja dari rumah, demikian dokumen tersebut.
Otoritas setempat hanya mengizinkan penundaan pembayaran gaji tidak boleh lebih dari sebulan jika memang perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan.
Kebijakan prokes ketat, termasuk dengan menerapkan "lockdown" di beberapa distrik di Shanghai mulai terlihat hasilnya. Pada Minggu dilaporkan terdapat 788 kasus positif baru dan 7.084 kasus tanpa gejala.
Pada Minggu ini juga dilaporkan terdapat 38 kasus kematian baru akibat COVID-19 sehingga sejak Januari 2022 total kasus kematian di Shanghai sebanyak 422.
Puncak penambahan kasus positif baru di Shanghai terjadi pada 13 April lalu sebanyak 27.605.
Sekitar sembilan juta warga di Shanghai dalam pengawasan, sedangkan 15 juta lainnya sudah diizinkan keluar rumah.
Baca juga: Gelombang baru COVID di Shanghai tewaskan 190 orang, termuda 33 tahun
Baca juga: Kasus kematian COVID di Shanghai terus bertambah
Baca juga: Taiwan takkan "lockdown" seperti Shanghai meski kasus COVID melonjak
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022