Abdul Sabir merupakan warga Kabul yang mengunjungi pasar lokal untuk membeli buah kering dan pakaian bagi anak-anaknya untuk merayakan Idul Fitri. Namun, dia terpaksa pulang dengan tangan kosong.

Kabul (ANTARA) - Seperti aspek-aspek lainnya dalam kehidupan sehari-hari di Afghanistan, sanksi Amerika Serikat (AS) yang dijatuhkan terhadap pemerintahan baru negara itu juga mengurangi kemampuan warga Afghanistan untuk melakukan persiapan dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Abdul Sabir merupakan warga Kabul yang mengunjungi pasar lokal untuk membeli buah kering dan pakaian bagi anak-anaknya untuk merayakan Idul Fitri. Namun, dia terpaksa pulang dengan tangan kosong.

"Saya tidak bisa membeli apa-apa untuk Idul Fitri, bahkan tidak bisa membeli pakaian untuk anak-anak, karena harga semua barang termasuk buah kering telah naik hingga melampaui daya beli kami," ujar Sabir.

"Hiruk pikuk bazar berkurang drastis jika dibandingkan dengan tahun lalu dan orang-orang tidak dapat membeli apa yang mereka inginkan," katanya kepada Xinhua.

Sebagai bagian dari budaya mereka, warga Afghanistan yang taat beragama biasanya membeli buah segar dan kering, kukis, penganan manis, dan beragam hidangan selama perayaan Idul Fitri yang berlangsung selama tiga hari untuk menandai berakhirnya bulan suci Ramadan, yang dimulai pada Senin (2/5) tahun ini.

Setelah melakukan penarikan militer dari Afghanistan, AS menjatuhkan sanksi terhadap negara yang dilanda perang itu dan membekukan asetnya senilai 9,5 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.418) di bank-bank AS.

"Amerika menjatuhkan sanksi terhadap negara kami dan memblokir uang kami di bank-bank mereka," kata penjual buah kering bernama Ahmad Jawad.

Jawad, yang mengeluhkan meroketnya harga buah kering di pasar, mengatakan bahwa "tahun lalu harga 1 kg almon adalah 650 afghani (1 afghani = Rp168), tetapi tahun ini harganya mencapai 850 afghani."

Senada dengan Jawad, pemilik toko buah kering bernama Mohammad Omar mengatakan bisnisnya sangat terdampak oleh meningkatnya kemiskinan di kalangan masyarakat Afghanistan yang terdampak oleh sanksi AS.

"Tahun lalu menjelang Idul Fitri, saya biasanya mendapat hingga 25.000 afghani setiap hari, tetapi tahun ini menjual buah kering senilai 10.000 afghani setiap harinya saja sulit, meski jumlah pembeli mencapai puncaknya," tuturnya.

Diproduksi oleh Xinhua Global Service

Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022