Jakarta (ANTARA News) - Tender impor gula yang digelar Bulog Rabu, dengan 10 perusahaan peminat, akhirnya gagal karena perusahaan yang seharusnya menjadi pemenang tender tidak dapat melengkapi dokumen asli yang disyaratkan hingga batas yang diberikan yaitu 17 Februari lalu. Dalam siaran pers yang diterima ANTARA Jakarta, Rabu, Perum Bulog mempertimbangkan untuk tidak melakukan tender ulang, namun akan melakukan negosiasi untuk mendapatkan harga gula impor yang lebih rendah dari harga yang diajukan peserta tender lain yang berkisar antara 500 dolar AS per ton. Tender impor gula awalnya diikuti oleh 10 perusahaan, yaitu Cargil International, Noble, Ng Nam Bee, Omega Trading, Razko, Tate & Lylle, Pacifik, Abadi Niagatama, Keery Foodstuf dan Argo Corp. Harga yang ditawarkan bervariasi antara 415 dolar AS per ton hingga 530 dolar AS per ton. Enam perusahaan dianggap memenuhi syarat untuk mengikuti tahap pembukaan amplop penawaran harga kecuali Noble, Pacifik, Abadi Niagatama dan Razko. Setelah itu dipilih tiga perusahaan yang menawarkan harga terendah, yaitu Omega (415 dolar AS), Cargill (496 dolar AS) dan Argo Corp (503 dolar AS). Omega Trading yang menawarkan harga terendah dibanding sembilan perusahaan peserta tender akhirnya didiskualifikasi karena tidak menyerahkan "performance bond" hingga batas yang ditentukan. Sebelumnya, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Ardiansyah Parman mengatakan kegagalan impor gula oleh Bulog tidak akan mengganggu kestabilan harga gula dalam negeri karena produksi gula bulan April diperkirakan aman. Perum Bulog mendapat ijin impor gula sebanyak 55 ribu ton hingga April 2006 untuk melakukan stabilisasi harga gula. Gula impor tersebut akan masuk melalui delapan pelabuhan di luar Jawa yaitu Malahayati, Banda Aceh (3.000 ton); Kreung Geukeuh, Lhokseumawe (7.000 ton); Teluk Bayur, Padang (4.000 ton); Pulau Bai, Bengkulu (3.000 ton); Celukan Bawang, Bali (12.000 ton, untuk Bali 5.000 ton, NTB 4.000 ton dan NTT 3.000 ton); Sukarno Hatta, Makassar (16.000 ton termasuk untuk Maluku dan Papua masing-masing 3.000 ton); Pantoloan, Sulawesi Tengah 4.000 ton; Bitung, Sulawesi Utara 6.000 ton.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006