Batam (ANTARA) - Kedutaan Besar RI di Singapura mendampingi Pekerja Migran Indonesia berinisial S (51) yang berdasarkan penyelidikan polisi setempat diduga melakukan tindak pidana mengambil nyawa ayah pemberi kerja LHC (73).
"KBRI bertindak cepat dengan menghadiri sidang pembacaan tuduhan pertama (first mention) di pengadilan negeri Singapura, Sabtu (30/04), di mana pembacaan tuntutan pertama dibantu oleh penerjemah tersumpah yang juga merupakan staf KBRI," demikian keterangan tertulis KBRI Singapura yang dikirim Kepala Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Ratna Lestari, Sabtu.
Kejadian diperkirakan berlangsung pada Kamis (28/4) antara pukul 16.00 – 20.46 waktu Singapura.
Sesuai dengan hukum Singapura, tersangka kasus kriminal ditahan selama 2x24 jam untuk diinterogasi, dilakukan investigasi, dan ditentukan pasal pemberat.
Pembacaan tuduhan awal merupakan prosedur hukum untuk menguatkan penahanan, membacakan ancaman hukuman, dan menunggu mekanisme hukum selanjutnya.
Pasal tuduhan masih dapat berubah (dan atau bertambah) pada sidang selanjutnya (second mention).
Dalam sidang, jaksa mengajukan agar tersangka S dikenakan Pasal 302 Ayat 1 Penal Code dengan ancaman hukuman mati.
Tersangka S juga direkomendasikan untuk menjalani pemeriksaan kejiwaan oleh psikiater dan tetap menjalani penahanan hingga jadwal sidang berikutnya.
Dalam keterangan disebutkan, KBRI Singapura akan segera mengupayakan akses konsuler (consular access) untuk memastikan hak-hak yang bersangkutan terpenuhi dan memastikan permintaan pendampingan khusus atas kasusnya.
Singapura menjadi salah satu negara penerima PMI terbesar, dengan jumlah sekitar 140 ribu orang.
Meskipun demikian, menurut statistik, kasus yang menimpa PMI Indonesia di Singapura hanya sekitar 1 persen, mulai dari masalah ketenagakerjaan, hingga pidana ringan dan berat.
Baca juga: PMI di Singapura urung mudik Lebaran karena khawatir dengan e-KTKLN
Baca juga: BP2MI dan Kejagung audiensi berantas sindikat pekerja imigran ilegal
Baca juga: Bakamla siagakan KN Belut Laut-406 bantu evakuasi imigran di Selangor
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2022