Yogyakarta (ANTARA News)- Perekonomian Indonesia kurang mampu bersaing secara global karena rakyatnya kurang mampu memberikan nilai tambah saat menjalankan usaha, kata Mantan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla.

"Indonesia tidak mampu melayani orang dengan nilai tambah yang baik dalam perekonomian," kata Jusuf Kalla dalam seminar nasional "Teknologi Industri 2011: mengembangkan jiwa kewirausahaan yang berdaya saing menuju persaingan global" di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sabtu.

Jusuf Kalla yang berbicara tentang Peran Budaya Lokal dalam pengembangan usaha kelas dunia mengatakan untuk menjadi seorang wirausahawan yang baik hendaknya harus mampu bersaing.

Dia mengatakan dunia usaha membutuhkan kreativitas, inovasi, dan persaingan sebagai bagian dari dinamika usaha.

"Dasar persaingan dalam dunia usaha adalah membuat usaha lebih baik, menghasilkan usaha yang lebih murah, dan lebih cepat," kata dia.

Ia mencontohkan mobil produksi Jepang lebih laku terjual di pasaran ketimbang mobil produk Amerika Serikat karena kualitas produknya baik, murah, dan layanannya lebih cepat.

Menurut dia, kemakmuran suatu negara tergantung dari kemampuan menambah nilai suatu usaha.

"Contoh sederhananya saat seseorang menambah nilai adalah orang menjual gudeg lebih bernilai daripada nangka, orang mengubah kayu jadi meja. Kemampuan menambah nilai suatu barang akan mempengaruhi kemakmuran," katanya.

Ia mengatakan selain kurang mampu bersaing secara global, Indonesia juga belum mampu memberikan pelayanan yang baik terhadap konsumen.

"Sense of services kurang mendapatkan tempat di Indonesia sehingga belum mampu memberikan nilai tambah yang baik," katanya.

Jusuf Kalla mengatakan perlu banyak dukungan dan pikiran dari seluruh pihak untuk mencapai kemakmuran masyarakat.

"Sebuah usaha juga tidak akan mampu bersaing, jika tidak inovatif," kata dia.
(ANT/293/D009)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011