Addis Ababa (ANTARA News) - Uni Afrika (AU) hari Jumat menyatakan mendukung tawaran Kenya mengirim pasukan untuk AMISOM dalam misi melindungi pemerintah Somalia dari ancaman kelompok garis keras Al-Shabaab.
"Salah satu pilihan terbaik adalah melibatkan pasukan Kenya dalam AMISOM (Misi AU di Somalia)," kata Ramtane Lamamra, Komisaris Dewan Keamanan dan Perdamaian AU, kepada AFP.
Lamamra mengatakan, tawaran itu mendapat dukungan selama pertemuan dewan tersebut Kamis dengan para pejabat Kenya dan negara lain kawasan itu mengenai cara-cara mengalahkan Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaida.
Pasukan Kenya memasuki Somalia selatan sebulan lalu untuk memerangi Al-Shabaab yang dianggap bertanggung jawab atas penyerangan dan penculikan terhadap warga asing di negara itu. Mereka berperang bersama pasukan pemerintah Somalia dan milisi sekutunya, Ras Kamboni.
Hingga kini dari 54 anggota AU, hanya Burundi dan Uganda yang mengirim pasukan untuk AMISOM, yang saat ini mencakup 9.700 prajurit. Uni Afrika berulang kali meminta penambahan segera 3.000 prajurit sesuai dengan mandat PBB tahun lalu, khususnya setelah Al-Shabaab menarik diri dari Mogadishu pada Agustus.
Lamamra mengkonfirmasi bahwa Ethiopia mungkin juga akan mengirim pasukan ke Somalia, namun belum jelas apakah mereka bergabung dengan AMISOM atau badan penjaga perdamaian regional, Otoritas Pembangunan Antar-pemerintah (IGAD).
"Ini permasalahan yang sedang dipertimbangkan," katanya.
Ethiopia menyerbu Somalia pada 2006 dengan dukungan AS namun menarik diri tiga tahun kemudian setelah gagal memulihkan ketertiban di negara itu.
Sierra Leone juga berjanji pada Agustus untuk mengirim ke Somalia satu batalyon yang mencakup 850 prajurit setelah April 2012.
Para pemipin Kenya, Somalia dan Uganda menekankan pentingnya "meningkatkan koordinasi antara AMISOM, pasukan TFG (pemerintah Somalia) dan Pasukan Pertahanan Kenya agar berhasil mengalahkan Al-Shabaab".
Pasukan Kenya pada 16 Oktober meluncurkan penyerbuan ke Somalia untuk memburu Al-Shabaab yang dituduh mendalangi penculikan warga asing di Kenya dan mengklaim telah membunuh puluhan gerilyawan dari kelompok tersebut.
Pada 17 Oktober, Al-Shabaab membantah tuduhan Kenya bahwa mereka mendalangi sejumlah penculikan warga asing di negara tersebut akhir-akhir ini.
Al-Shabaab menuduh pemerintah Kenya menggunakan isu penculikan sebagai dalih untuk melakukan penyerbuan ke Somalia.
Dalam waktu kurang dari sebulan, seorang wanita Inggris dan seorang wanita Prancis diculik dari kawasan wisata pantai Kenya dalam dua insiden terpisah, yang merupakan pukulan besar bagi industri pariwisata di Kenya.
Pada 13 Oktober, dua wanita pekerja bantuan asal Spanyol diculik dari kamp pengungsi Dadaab, Kenya, kamp terbesar di dunia yang menjadi tempat bagi sekitar 450.000 pengungsi yang sebagian besar orang Somalia yang menyelamatkan diri dari kekeringan, kelaparan dan perang.
Penculikan-penculikan itu juga diyakini dilakukan oleh Al-Shabaab Somalia. Belum ada tuntutan yang diumumkan oleh penculik bagi pembasan para sandera itu.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011