Jakarta (ANTARA) - Manajer Kampanye Pesisir dan Laut Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Parid Ridwanuddin mengingatkan bahwa pencemaran perairan laut berdampak tidak hanya terhadap lingkungan tapi juga menjadi salah satu faktor menurunnya jumlah nelayan.
Berbicara di diskusi virtual media dalam rangkaian penutupan peringatan Hari Bumi 2022 yang diikuti dari Jakarta pada Jumat malam, Parid mengatakan dari data Walhi sejak 1999 terdapat sekitar 43 kasus pencemaran perairan laut di Indonesia.
"Pencemaran laut ini dalam banyak hal di Indonesia ikut mendorong penurunan jumlah nelayan," ujar Parid.
Baca juga: Walhi Lampung: Pemda harus usut pencemaran di pesisir Laut panjang
Dia menjelaskan bahwa Indonesia dalam periode 2010 sampai 2019 terjadi penurunan signifikan jumlah masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan.
Berdasarkan dokumen Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2021, terdapat 2,16 juta nelayan pada 2010. Namun angka itu turun menjadi 1,83 juta orang pada 2019, atau turun dari 2,29 juta orang yang tercatat pada 2018.
Data itu memperlihatkan bahwa dari periode 2010 sampai 2019 terdapat penurunan sebanyak 330.000 orang yang berprofesi sebagai nelayan.
"Di antara penyebabnya adalah karena aktivitas industrial yang mencemari laut," katanya.
Untuk itu, dia mendorong kepada pemerintah untuk menangani dengan cepat jika terjadi kasus pencemaran di perairan laut. Hal itu karena jika dibiarkan maka dalam jangka panjang akan berdampak kepada masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan.
"Itu saya kira suatu tren yang sangat mengerikan ke depan di mana para pahlawan protein bangsa sudah tidak lagi bisa melaut karena lautnya tercemar," demikian Parid Ridwanuddin .
Baca juga: Menteri Trenggono dukung pemda selidiki pencemaran di Teluk Bima NTB
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022