2. Disfungsi ereksi atau impotensi
Disfungsi ereksi atau DE yakni tidak mampunya penis untuk mencapai atau mempertahankan ereksi. Dalam hal ini, ada dua hal yang perlu para pria soroti yakni penis tidak bisa mencapai ereksi lama atau penis bisa mencapai ereksi tetapi tidak bisa mempertahankan dalam waktu yang cukup guna mencapai aktivitas seksual yang memuaskan.
Baca juga: Salah kaprah "kejantanan" bikin pria lebih rentan terhadap kanker
"Kalau misalnya ereksinya hanya 3 menit setelah itu ejakulasi pasien puas, sebenarnya tidak masuk terhitung disfungsi ereksi. Tidak ada batasan waktu terkait durasi ereksi seharusnya berlangsung," papar Widi.
Sebenarnya, ada cara yang bisa pria lakukan sendiri untuk menilai kekuatan ereksi mereka, yakni menggunakan erection hardness score (EHS). Ada empat skor di sini dan yang terbaik atau bernilai 4 yakni seperti timun. Pada kondisi yang dikatakan ereksi optimal ini penis keras seluruhnya dan tegang sepenuhnya.
Berikutnya seperti pisang tidak terkelupas yaitu penis cukup keras untuk penetrasi namun tidak sepenuhnya mengeras. Biasanya pada kondisi ini 80 persen pria masih bisa berhasil untuk penetrasi. Selanjutnya, seperti pisang terkelupas yang ditandai penis keras namun tidak cukup keras untuk penetrasi. Menurut Widi, kondisi ini sudah masuk golongan DE sedang.
Skor terendah seperti tahu yakni penis membesar namun tidak keras dan ini sudah bisa dikatakan DE berat. Kondisi DE berat berhubungan dengan kepercayaan diri dan kepuasan seksual.
Prevalensi DE pada pria berusia 40-70 tahun sekitar 50 persen dengan penyebab terbagi menjadi tiga golongan besar yaitu organik atau ada kelainan yang menyertai, psikis dan campuran.
Penyebab DE pada kasus organik bisa karena ada masalah di saraf atau pembuluh darah dengan ciri keluhan tidak ada ereksi pagi hari secara spontan. Masalah pada saraf dan pembuluh darah juga dapat menyebabkan penis tidak keras dan sulit melakukan penetrasi pada vagina pasangan.
Sementara berdasarkan penyebab psikogenik, pria biasanya masih bisa ereksi di pagi hari. Tetapi saat akan berhubungan seksual dengan pasangan, ereksi tidak bisa terjadi. Dalam hal ini, tatalaksana berbarengan dengan dokter kesehatan jiwa atau psikiater menjadi penting.
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022