Yogyakarta (ANTARA News) - Pameran tunggal pelukis Godod Sutejo bertajuk "Oyot-oyot Godod" menampilkan lukisan yang menggambarkan suasana sepi dan sunyi dengan objek utama manusia serba kecil, yang menggiring apresian untuk masuk ke wilayah misteri.
"Lukisan-lukisan yang dipamerkan itu mengacu ke arah sesuatu yang tidak bisa dilihat, tetapi harus dirasakan," kata pengamat seni rupa Rip V Dinar di sela pameran `Oyot-oyot Godod` di Posnya Seni Godod Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, jika diperhatikan secara menyeluruh, semua lukisan itu tidak menonjolkan objek semata, tetapi ada pesan yang tersirat, sekaligus memberikan getar pada jiwa dan sebagai media penyadaran bahwa manusia sangat tidak berdaya di tengah alam semesta maha luas. Lukisan itu menyiratkan betapa kesombongan sama sekali tidak berguna.
"Pencitraan lukisan Godod memang berbeda dan agak aneh, karena objek manusia dilukiskan begitu kecil dan sangat teliti menempatkan objek utama pada latar belakang sehingga terkesan kosong. Namun, ruang itu sebenarnya tidak kosong," katanya.
Ia mengatakan kekosongan tersebut sebenarnya lebih bermakna dan mempunyai kekuatan luar biasa serta menyimpan tenaga magis. Kosong dalam makna lukisan Godod berarti ada isinya.
"Untuk mengetahui isinya, apresian harus mengosongkan pikiran yang berkaitan dengan objek nyata, dan akan menjumpai suasana damai, merasakan suatu ketenteraman dan kesejukan batin. Letak daya pukau dan kekuatan magisnya justru pada suasana sunyi, lengang, dan sarat perenungan, seperti berada di bawah alam sadar," katanya.
Menurut dia, bicara soal misteri, lukisan itu tidak lagi berbicara mengenai hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia dengan alam, tetapi lukisannya sudah bicara mengenai hubungan manusia dengan Maha Pencipta alam semesta. Misi yang hendak dicapai sudah lepas dari urusan duniawi.
"Melihat dan mencermati lukisan-lukisan Godod tidak sekadar terpaku pada teknis pengungkapan, tidak melihat hanya pada objek manusia serba kecil, yang terkadang tampak berbaris, bergerombol atau berpasang-pasangan. Ada satu simbol yang tersirat, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sesuatu untuk mengisi kehidupan," katanya.
Selain itu, tersirat pula rasa keikhlasan dan ketulusan dalam segala hal. Kesadaran itu, sebagai orang kecil di tengah alam terbuka dan merasa kecil dihadapan-Nya, telah membuka mata batin Godod untuk terus berbuat baik, bekerja, berkarya, dan beradaptasi dengan lingkungan.
Ia mengatakan, sebagai pelukis kreatif dan produktif, Godod melukis sesuai kata hati dan panggilan jiwa. Melukis bukan karena keterampilan dan sekadar kerja rutin, tetapi lebih mengacu pada pencarian ke arah ketenangan jiwa, kejernihan hati, dan kenyamanan pikiran.
"Tidak banyak pelukis yang berani menempuh jalan seni secara total, terlebih yang berkaitan dengan dunia misteri," kata Rip.
Godod Sutejo mengatakan pameran itu menampilkan 11 lukisan dengan ukuran seragam, yakni satu meter persegi. Semua lukisan yang dipamerkan selama hampir dua bulan sampai dengan 12 Januari 2012 itu merupakan karya yang dibuat pada 2011.
Menurut dia, selama hampir dua bulan masa pameran, secara bertahap setiap satu atau dua minggu, dirinya juga akan melakukan aktivitas melukis dengan mencari objek yang sedang menjadi perhatian masyarakat, tentunya masih berkaitan dengan alam.
"Lukisan saya selama ini menggambarkan alam, manusia, dan religiusitasnya. Gunung Merapi dan banjir lahar dingin merupakan objek yang akan saya lukis selama masa pameran `Oyot-oyot Godod`," katanya. (B015/M008)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011