Jakarta (ANTARA News) - Bank Tabungan Negara (BTN) menurunkan tingkat Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) mengikuti arah penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) yang saat ini sudah di posisi 6 persen.
Direktur Utama Bank BTN, Iqbal Latanro, di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa perubahan SBDK Bank BTN ini dikarenakan pada periode sebelumnya menggunakan data Based Lending Rate (BLR) Bank BTN per Juni 2011, sedangkan perhitungan SBDK Bank BTN kali ini menggunakan perhitungan BLR bulan Oktober 2011.
"Dibandingkan periode lalu, maka SBDK Bank BTN saat ini mengalami penurunan sebesar 0,53 persen untuk segmen kredit korporasi dan ritel, 0,61 persen untuk segmen kredit KPR, serta 0,60 persen untuk segmen kredit non KPR," kata Iqbal.
Penurunan BI Rate tersebut, katanya, memberi kesempatan kepada seluruh perbankan untuk menata kembali struktur funding, sehingga dengan sendirinya cost of fund Bank BTN mengalami perbaikan sejak Juni sampai dengan Oktober 2011.
Cost of Fund SBDK Bank BTN turun senilai 0,09 persen, dari sebesar 6,52 persen dari bulan Juni 2011 menjadi 6,43 persen pada bulan Oktober 2011. Penurunan biaya dana untuk segmen kredit korporasi dan ritel sebesar 0,26 persen dan untuk KPR dan Non-KPR senilai 0,27 persen.
Perubahan terjadi pada komponen harga pokok dana (HPDK), untuk segmen kredit korporasi dan ritel turun 0,30 persen, untuk segmen kredit KPR 0,31 persen, serta untuk segmen kredit Non KPR turun 0,30 persen.
"Kami akan terus berupaya untuk melakukan inovasi dalam pengembangan produk yang dapat mendukung perseroan dalam menekan biaya dana sehingga efisiensi bisnis dapat tercapai," tegas Iqbal.
Wakil Direktur Utama BTN, Evi Firmansyah, menambahkan bahwa untuk saat ini rata-rata bunga kredit BTN itu di kisaran 10,5 persen -11,5 persen. Untuk penurunannya akan mengikuti penurunan BI Rate yang sudah sebanyak 750 bps atau 0,75 persen ke 6,00 persen.
Selain itu, lanjutnya, BTN juga akan melakukan penyesuaian suku bunga deposito sesuai penjaminan Lembaga Pinjaminan Simpanan (LPS). "Namun, sebelumnya kita umumkan dahulu bahwa bunga deposito akan turun mengikuti penjaminan LPS," jelasnya.
Hingga akhir tahun 2012 pertumbuhan kredit BTN akan sesuai target rencana bisnis bank (RBB) yakni tembus 25 persen. "Ini karena kontribusi dari tingginya permintaan rumah murah menggunakan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebagai bagian dari program pemerintah," paparnya.
Sebelumnya, Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo mengatakan, selisih (spread) suku bunga perbankan di Indonesia sangat tinggi yaitu rata-rata 6,07 persen pada September lalu yang membuat suku bunga pinjaman sulit diturunkan.
"Spread suku bunga perbankan masih terlalu tinggi. Kita akan coba menurunkannya dengan membuat benchmark pada komponen suku bunga pinjaman yaitu di `overhead cost`, `profit margin` dan `risk premium`," kata Perry.
Menurutnya, dari empat komponen suku bunga pinjaman yang harus diumumkan bank dalam Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK), selama ini hanya komponen biaya dana sebesar 6,5 persen (rata-rata) yang sudah mengalami penurunan dalam beberapa tahun ini, sehingga BI tidak akan memberikan patokan terbaik untuk menurunkan komponen ini.
Untuk biaya overhead, yang saat ini rata-rata sebesar 2,9 persen, ia menambahkan, justru mengalami peningkatan sejak 2001 yang rata-rata sebesar dua persen. Begitu pula mengenai profit margin yang rata-rata 1,7 persen mengalami kenaikan dibanding sebelumnya sekitar 1,5 persen, dan komponen risk premium yang saat ini rata-rata 1,3 persen, atau naik dari posisi sebelumnya 1,1 persen.
(T.D012/B012)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011