Jakarta, (ANTARA News) - Kementerian Negara Lingkungan Hidup mencanangkan 21 Febuari 2006 sebagai Hari Peduli Sampah.
"Peringatan ini muncul atas ide dan desakan dari sejumlah pihak untuk mengenang peristiwa di TPA Leuwilang di mana sampah dapat menjadi mesin pembunuh yang merenggut nyawa lebih dari 100 jiwa," kata Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar di Jakarta, Selasa (21/2).
Menurut dia, tanpa melalui proses penanganan yang tepat sampah berpotensi untuk mengancam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, kata dia, dengan hari peduli sampah diharapkan masyarakat dapat mengambil hikmah dari peristiwa tersebut dan belajar agar peristiwa serupa tidak terjadi.
"Dipilih hari ini karena bertepatan satu tahun peristiwa itu terjadi," ujarnya.
Menurut Rachmat, idealnya sampah tidak dibuang tetapi terus dimanfaatkan untuk mencapai target `zero waste`.
"Harus diubah cara pikirnya bahwa sampah adalah bahan yang bisa dipakai lagi bukan untuk dibuang. Walaupun untuk mencapai konsep zero waste saat ini terbilang tidak mudah," katanya.
Sampah dapat didaur ulang dengan pengolahan khusus, yang biasanya diawali dengan pemisahan sampah menurut jenisnya terlebih dahulu.
"Sampah organis biasanya dijadikan kompos sedangkan sampah anorganik seperti plastik digunakan kembali setelah ada pengolahan tertentu," ujarnya.
Rachmat mengakui bahwa menghapus produksi sampah misal plastik memang tidak mudah tetapi dengan pemanfaatan kembali setidaknya dapat menekan jumlah sampah.
Lebih lanjut Meneg LH mengatakan bahwa sampah di Indonesia 65 persennya didominasi oleh sampah rumah tangga.
"Itulah sebabnya kami mencoba melakukan sosialisasi agar masyarakat dapat mengurangi sampah rumah tangganya. Misal dari yang tadinya 6 kilo sehari jadi 3 kilogram," katanya.
Program peduli sampah sebagai bagian dari kegiatan peduli lingkungan menurut Meneg LH juga disosialisasikan sedini mungkin dikalangan anak sekolah.(*)
Copyright © ANTARA 2006