ASEAN tidak boleh hanya menjadi penonton pasif, yang rentan menjadi korban permasalahan di belahan dunia lainnya"

Nusa Dua (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka KTT ke-19 ASEAN di Bali Nusa Dua Convention Center, BNDCC, Nusa Dua, Bali, Kamis pagi.

Yudhoyono menyampaikan sambutan dalam Bahasa Indonesia pada acara yang dihadiri oleh para pemimpin negara-negara anggota ASEAN.

Berikut isi pidato tersebut:

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu?alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Om Swastiastu,

Yang Mulia, para kepala negara dan kepala pemerintahan negara-negara anggota ASEAN,
Yang Mulia, Dr. Surin Pitsuwan, Sekretaris Jenderal ASEAN,
Yang saya hormati, para Pemimpin Lembaga-Lembaga Negara, dan para menteri negara-negara anggota ASEAN,
Yang saya hormati, para Perwakilan Tetap dan Duta Besar untuk ASEAN,
Yang saya hormati, Saudara Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika,

Para anggota delegasi dan hadirin sekalian yang saya muliakan,

Atas nama Pemerintah dan rakyat Indonesia, saya mengucapkan selamat datang, kepada para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, yang datang dari negara-negara anggota ASEAN. Kehadiran Yang Mulia sekalian akan semakin memperkokoh kerja sama di kawasan Asia Tenggara, yang saat ini tengah bergerak maju menuju Komunitas ASEAN 2015.

Dalam kesempatan ini, saya secara pribadi, maupun dalam kapasitas sebagai Ketua ASEAN, ingin menyampaikan keprihatinan serta rasa duka yang mendalam, atas bencana banjir yang melanda beberapa negara anggota ASEAN. Musibah yang memilukan ini telah menimbulkan kerugian harta benda yang besar, dan bahkan menelan ratusan korban jiwa. Bantuan dan uluran tangan yang telah kita berikan kepada para korban, tak lain adalah wujud solidaritas sesama ASEAN.

Selanjutnya, saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan, atas dukungan penuh dan kerja sama dari seluruh negara anggota ASEAN selama masa keketuaan Indonesia. Keberhasilan penyelenggaraan KTT ASEAN ke-18 di Jakarta, dan sama halnya keberhasilan penyelenggaraan SEA Games tahun 2011 di Palembang dan Jakarta, adalah berkat dukungan yang diberikan tersebut.

Dengan dukungan tersebut kita telah menghasilkan banyak capaian, sejak diselenggara-kannya KTT-18 ASEAN di Jakarta bulan Mei lalu. Saya meyakini, dukungan serupa akan diberikan dalam penyelenggaraan KTT ke-19 di Pulau Bali ini.

Pulau Bali memiliki makna historis yang khusus bagi kerja sama ASEAN, karena di sinilah tercapai beberapa kesepakatan penting, yang menjadi pijakan arah perkembangan kerja sama ASEAN. Pada tahun 1976, telah dilahirkan Treaty of Amity and Cooperation (TAC), yang dikenal dengan Bali Concord I. Dokumen tersebut mengatur pola perilaku antar negara anggota, khususnya untuk tidak menggunakan kekerasan dan mengedepankan cara-cara damai. Semangat yang tertuang dalam TAC tersebut telah pula diterima oleh banyak negara non-ASEAN, dan hingga saat ini, sebanyak 29 negara telah menjadi negara pihak pada TAC.

Pada tahun 2003, Bali kembali mencatat sejarah dengan dilahirkannya Bali Concord II. Melalui Bali Concord II ini, negara-negara ASEAN bersepakat untuk membangun komunitas berdasarkan tiga pilar: pilar politik dan keamanan, pilar ekonomi, dan pilar sosial budaya. Kita bergembira bahwa pasca Bali Concord II, ASEAN kemudian menyepakati ASEAN Charter, yang mengukuhkan ASEAN sebagai rule-based organization.

KTT ASEAN kali ini insya Allah akan melahirkan Bali Concord III, yang akan memetakan jalan ke depan, bagi interaksi komunitas ASEAN dengan komunitas global bangsa-bangsa. Hal ini sesungguhnya sejalan dengan tradisi kerja sama ASEAN selama ini, yang selalu membuka diri terhadap dunia luar, seperti melalui mekanisme dialog ASEAN dengan mitra wicaranya, dan forum strategis seperti ARF. Semangat dari Bali Concord III adalah, partisipasi dan kontribusi ASEAN yang semakin besar bagi terwujudnya dunia, yang lebih damai, lebih adil, lebih demokratis dan lebih sejahtera, termasuk peran aktif ASEAN untuk ikut mengatasi berbagai permasalahan fundamental dewasa ini.

Yang Mulia,

Hadirin sekalian,

Kita berkumpul pada saat dunia dihadapkan pada satu proses perubahan, yang berdampak luas pada kehidupan umat manusia. Di Timur Tengah dan Afrika Utara, transformasi sistem sosial dan politik melalui Arab Spring terus berproses. Sementara itu, dunia pun dihadapkan pada ancaman krisis ekonomi global baru, akibat gejolak keuangan di Eurozone. Kita sama-sama mengikuti, bahwa masalah krisis keuangan ini menjadi agenda pembahasan dalam KTT G20 di Cannes, dan KTT APEC di Honolulu baru-baru ini. Sementara itu, di samping ketidakpastian baru yang menghantui perekonomian dunia, permasalahan dan tantangan yang fundamental juga masih kita hadapi, seperti ketahanan pangan, energi dan air; perubahan iklim; bencana alam, serta dampak revolusi teknologi informasi pada kehidupan masyarakat kita.

Di tengah pancaroba ini, banyak harapan ditumpukan pada kawasan kita. Sejarah telah me-nguji dan membuktikan bahwa ASEAN kian menjadi asosiasi yang matang, yang mampu menciptakan stabilitas dan keamanan kawasan, mampu mening-katkan kekuatan ekonominya, serta mampu menjadi komunitas yang makin ?people-centered? dan mampu pula menjalin kerukunan antar indentitas dan peradaban yang beragam. Dengan modal dan posisi ini, saya percaya ASEAN mampu untuk berkontribusi dalam merespon berbagai dinamika global tersebut. Hal ini sejalan dengan tema Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini: "Komunitas ASEAN di antara Komunitas Global Bangsa-bangsa". Maknanya, ASEAN ingin berperan lebih besar dalam urusan dunia : to outreach to the world.

Berangkat dari tema ini, saya ingin menggaris-bawahi lima hal pokok yang perlu dibahas pada rangkaian kegiatan KTT ke-19 ASEAN dan KTT terkait lainnya.

Pertama, kita perlu melakukan langkah-langkah konkrit guna memperkuat ketiga pilar Komunitas ASEAN. Kita harus memastikan tercapainya seluruh Rencana Aksi di ketiga pilar tersebut secara seimbang dan saling mengisi, sebelum 2015.

Pembangunan Komunitas ASEAN harus terus melibatkan segenap pemangku kepentingan di kawasan. ASEAN harus menjadi komunitas yang people-oriented, people-centered, dan people-driven. Mereduksi makna komunitas ASEAN dengan cara menjadikan asosiasi ini sebagai urusan pemerintahan negara-negara anggota semata, ataupun hanya menitik beratkan pada kerjasama ekonomi, sungguhpun itu penting, adalah keliru.

Kedua, kita perlu memperkuat pertumbuhan ekonomi di kawasan.

Melalui pertumbuhan tersebut, kawasan kita akan lebih tahan (resilient), terhadap volatilitas perekonomian global. Lebih dari itu, daya tahan tersebut akan membuat kita mampu menjadi bagian dari solusi, atas krisis keuangan dan ekonomi dunia saat ini. Kita juga akan mampu menyumbang pertumbuhan ekonomi global yang kuat, serta mampu membuat perekonomian global makin berimbang (more balanced global economy).

Saya bergembira bahwa ASEAN telah memiliki peta jalan untuk menjaga tingkat pertumbuhan, antara lain, dengan membangun konektivitas (connectivity) antar negara dan antar kawasan. Kita harus memastikan realisasi dari Master Plan on ASEAN Connectivity. Sama halnya, dalam kerangka nasional, Indonesia juga membangun konektivitas melalui MP3EI, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik serta membangun peluang untuk investasi, perdagangan dan penciptaan lapangan pekerjaan.

Dengan keterhubungan yang semakin efektif, maka perdagangan dan investasi antar negara akan meningkat. Tentunya, yang kita tuju bersama adalah pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Kita berikan kesempatan yang adil bagi segenap warga kita untuk mendapatkan keuntungan, dari semakin terintegrasinya pereko-nomian kawasan.

Ketiga, kita perlu mengambil peran utama dalam menata arsitektur kerja sama kawasan yang lebih efisien dan efektif.

ASEAN harus mampu mempertahankan sentralitas dan kepemimpinannya, dalam berinteraksi dengan mitra wicara, dan dalam kesertaan ASEAN di forum-forum intra kawasan.

Kerja sama dengan para mitra ASEAN telah kita kembangkan melalui mekanisme ASEAN Plus One, ASEAN Plus Tiga, ASEAN Defense Ministerial Meeting Plus, dan ASEAN Regional Forum, maupun mekanisme-mekanisme lainnya.

Sementara itu, dalam pembentukan arsitektur kawasan melalui kerangka East Asian Summit, kita perlu mengidentifikasi prinsip-prinsip bersama, yang memandu hubungan seluruh negara peserta EAS. Melalui prinsip-prinsip itulah tata hubungan yang damai dan bersahabat tidak lagi terbatas pada Asia Tenggara, tetapi juga bagi negara-negara pelaku utama di kawasan Asia Timur ini. Kita membentuk East Asia Summit tentu bukan untuk menimbulkan perpecahan, tetapi justru untuk meningkatkan persatuan dan kebersamaan.

Keempat, kita perlu menjaga stabilitas dan keamanan kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.

ASEAN harus senantiasa bertindak proaktif memfasilitasi dan melibatkan diri dalam penyelesaian berbagai residual issues, yang selama ini menjadi faktor penghambat akselerasi kerja sama ASEAN. Dalam masa Keketuaan Indonesia, ASEAN memfasilitasi dialog damai masalah perbatasan antara Kamboja dan Thailand. Ke depan, kita harus terus meningkatkan kapasitas dan kemampuan ASEAN dalam resolusi konflik.

Kita patut bergembira bahwa ASEAN juga mampu membangun comfort zones bagi banyak negara, untuk berdialog mengenai isu-isu yang pelik. Sebagai ilustrasi, di sela-sela pertemuan ARF bulan Juli lalu, telah berlangsung pembicaraan antara dua negara bersaudara, Korea Utara dan Korea Selatan.

Selain itu, kesepakatan Guidelines on the Implementation of the Declaration on the Conduct of the Parties in the South China Sea antara ASEAN dan RRT, telah menumbuhkan optimisme dalam melihat permasalahan di Laut Cina Selatan.

Upaya kita meraih perdamaian dan stabilitas kawasan semakin maju, dengan penerimaan negara-negara pemilik senjata nuklir terhadap kerangka kerja sama Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ [:shon-fez]). Kita harus memanfaatkan momentum yang sangat baik ini untuk melaksanaan penandatanganan Protokol SEANWFZ sesegera mungkin.

Kelima, dengan melakukan keempat langkah yang saya sebutkan tadi secara bersamaan, maka kita akan memperkuat peran ASEAN secara global.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan saling kait mengait, ASEAN sejatinya harus menjadi yang terdepan dalam mengatasi berbagai tantangan yang mencuat. ASEAN tidak boleh hanya menjadi penonton pasif, yang rentan menjadi korban permasalahan di belahan dunia lainnya.

Kita berharap, Deklarasi Bali mengenai Komunitas ASEAN dalam Komunitas Global Bangsa-bangsa, akan menjadi petunjuk pelaksanaan dan landasan bersama kita (common platform), guna meningkatkan kontribusi ASEAN dalam penanganan isu-isu global.

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Itulah agenda dan sasaran utama dalam rangkaian Pertemuan Puncak ASEAN tahun 2011 di Bali, Indonesia ini.

Akhirnya, seraya memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, KTT ke-19 ASEAN dan KTT terkait lainnya saya nyatakan dengan resmi dimulai.

Terima kasih.
Wassalamu?alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Om Santhi, Santhi, Santhi Om.

Nusa Dua Bali, 17 November 2011
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

F008*D013

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011