Bekasi (ANTARA News) - Permintaan rumah di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada 2012 akan terus meningkat dan diperkirakan setiap tahunnya dibutuhkan 12 ribu unit perumahan sejalan dengan terus bertumbuhnya populasi penduduk melalui kelahiran, pasangan muda maupun urbanisasi.
"Permintaan akan terus meningkat namun disayangnya pertumbuhan tinggi itu tidak dibarengi dengan kemampuan daya beli," kata pelaku usaha properti di Kabupaten Bekasi Siswadi Rabu.
Ia menyatakan dengan populasi penduduk Kabupaten Bekasi 2,4 juta jiwa rumah yang harus ada setidaknya 600 ribu unit. Dengan asumsi itu kebutuhan pertahun lima persen dan realisasi setidaknya pada kisaran dua persen.
"Pertumbuhan permintaan yang tinggi itu belum didukung oleh pertumbuhan daya beli secara linier, akibatnya rumah dibangun pengembang untuk tipe RSH pun masih sulit dipasarkan karena harganya masih tinggi," ujar pengembang yang membangun perumahan "Telaga Sakinah" pada dilahan 40 hektare lebih itu.
Di Kota maupun Kabupaten Bekasi RSH yang dipatok dengan kisaran harga dibawah Rp100 juta sudah sangat sulit ditemui. Kalaupun ada lokasinya sudah sangat jauh dan infrastruktur makin tak lengkap. Warga penghuni rumah makin jauh aksesnya ketempat kerja dan menimbulkan biaya tinggi belum lagi persoalan seperti belum adanya saluran air bersih.
Ia menyatakan pertumbuhan ekonomi 2011 yang diperkirakan diatas 6,5 persen harusnya bisa meningkatkan daya beli masyarakat. Cuma persoalannya apakah pertumbuhan itu ikut dinikmati oleh segmen masyarakat yang butuh rumah menengah ke bawah.
Di sisi lain bila sektor riil terus tumbuh dengan banyaknya investasi baru bisa berdampak pada makin banyaknya warga yang mampu membeli rumah. "Rumah itukan kebutuhan dasar yang harus dimiliki setiap orang," ujar Siswadi yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Penyandang Cacat Indonesia itu.
Ia tidak tahu persis berapa rumah tipe sederhana hemat yang telah dibangun pengembang selama 2011. Tapi yang pasti jumlahnya tidak banyak dan pengembang sendiri lebih suka membangun rumah tipe menengah dan mewah dengan margin keuntungan lebih besar.
Seorang pekerja industri metal di kawasan industri MM2100 Hanif mengaku dengan gaji (Take home pay) hanya Rp1,5 juta per bulan harapannya untuk memiliki rumah sendiri makin sulit terpenuhi.
"Ada banyak teman yang merupakan pasangan muda usia bekerja di kawasan industri ini dan rata-rata mereka mengontrak rumah karena tidak mampu membayar uang muka dan cicilan untuk mengambil rumah sederhana," ujar Hanif yang baru satu tahun menikah itu.
Sesuai penghasilan, ia mengaku hanya sanggup membeli rumah seharga maksimal Rp70 juta. "Apakah ada pengembang yang mau membangun rumah seharga itu dan lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat kerja. Mudah-mudahan saja ada yang terketuk hatinya," ujar Hanif. (M027/S006)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011