Paris (ANTARA News/AFP) - Prancis memanggil Duta Besar (Dubes) Israel di Paris ke kementerian luar negeri pada Rabu untuk mengecam serangan udara, yang melukai diplomat Prancis di Gaza bersama istri dan putrinya.
Juru bicara kementerian itu menyatakan Duta Besar Prancis di Tel Aviv mengeluh kepada pemerintah Israel atas pemboman itu dan bahwa utusan Israel diminta bertemu dengan pejabat tinggi di Paris.
Kepala konsulat Prancis di Gaza, Majdi Shakura, luka akibat serangan udara Isarel atas wilayah Palestina itu pada Minggu malam hingga Senin.
Kepada kantor berita Prancis AFP pada awal pekan ini, ia menyatakan bersama putrinya cedera akibat kaca terbang sesudah jendela rumah mereka meledak dan istrinya, yang hamil dua bulan, mengalami keguguran.
Pasukan Israel menyatakan serangan itu merupakan tanggapan terhadap serangan roket dari daerah tersebut. Sumber kesehatan Palestina menyatakan seorang polisi berusia 20 tahun tewas akibat pemboman tersebut.
"Pada pagi ini, di kementerian luar negeri, kami mengingatkan duta besar Israel bahwa kami sangat menyesalkan hasil serangan itu atas kepala bagian konsuler kami di Gaza dan keluarganya," kata Bernard Valero.
"Ia diingatkan bahwa sementara kami mengenali kebutuhan Israel melindungi keamanannya, adalah penting mencegah bahaya apa pun terhadap warga atau kehadiran Prancis di Gaza," kata juru bicara itu.
Pada Selasa, kepala staf tentara Israel, Jenderal Benny Gantz, memperingatkan bahwa tembakan roket lebih lanjut oleh pejuang Palestina di Gaza akan mendorong Israel ke mengambil "tindakan keras dan bermakna".
Gerilyawan Palestina di Jalur Gaza menembakkan roket ke Israel selatan pada Minggu malam, tanpa menyebabkan korban atau kerusakan, kata juru bicara tentara Israel.
"Satu roket mencapai wilayah Shaar Hanegev di utara Gaza," katanya.
Terjadi kerusuhan kecil di dan di sekitar Gaza pada bulan ini, tapi tidak berdampak memicu perang habis-habisan seperti pada 29-30 Oktober, ketika saling balas kekerasan menewaskan 12 gerilyawan Palestina dan seorang warga Israel tewas.
Kelompok gerilyawan menyatakan mengamati gencatan senjata, yang ditengahi Mesir, tapi meminta hak membalas setiap tembakan Israel, sementara Israel menyatakan akan menyasar gerilyawan, yang siap menembakkan roket melintasi perbatasan.
Pada Rabu, Israel mengecam Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang tidak mengecam serangan roket di wilayahnya dari Gaza.
Israel sering mengecam badan dunia itu, yang dinilainya bias terhadap negara Yahudi tersebut.
Utusan Palestina juga mengkritik Dewan Keamanan, yang tidak mengutuk pembangunan permukiman Israel di wilayah Palestina dudukan, yang mereka caplok sejak perang 1967.
Israel bersama Amerika Serikat pada saat ini melakukan lobi untuk menentang permohonan Palestina mendapatkan keanggotaan penuh dari Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai bagian dari upaya mengamankan pengakuan dunia.
Daerah di sekitar perbatasan Gaza secara umum tenang selama beberapa pekan belakangan setelah gelombang kekerasan pasca-serangan gerilya pada 18 Agustus di Israel selatan, yang menewaskan delapan orang Israel.
Pejabat Israel menyatakan pelaku serangan itu berasal dari Jalur Gaza dan menyeberang ke wilayahnya di dekat kota pesisir laut Merah Eilat melalui semenanjung Sinai Mesir. (B002/Z002)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011