Surabaya (ANTARA News) - Bea masuk gula impor sebesar 10-11 persen yang diterapkan sejak beberapa tahun lalu, belum perlu diturunkan meski harga komoditas itu di pasar dunia naik signifikan. Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) Adig Suwandi yang dihubungi di Surabaya, Rabu, mengemukakan, kebijakan itu masih perlu dipertahankan sebagai instrumen bagi perlindungan petani tebu dan pabrikan lokal dari dampak liberalisasi perdagangan yang sarat distorsi harga. "Bea masuk yang diterapkan di Indonesia paling rendah di dunia. Lagi pula meski seharusnya bersifat temporer, bea masuk yang sudah diturunkan akan sangat sulit untuk naik kembali," ucapnya. Dengan harga gula dunia sekitar 450 dolar AS per ton FOB (harga di negara asal) atau sekitar 510 dolar AS per ton CIF (harga sampai gudang importir di negara tujuan), bea masuk gula impor saat ini hanya sekitar 10-11 persen. Menurut Adig Suwandi, bea masuk gula yang terlalu rendah membuat motivasi petani tebu untuk meningkatkan daya saing usaha-taninya menjadi rendah. "Tapi, bea masuk yang terlalu tinggi, juga dikhawatirkan merangsang ekspor ilegal," ujar Sekretaris Perusahaan PTPN XI itu. Dibanding negara produsen utama gula dunia seperti Thailand, India, dan Filipina yang masih memberlakukan tarif bea masuk sebesar 35-60 persen, bea masuk di Indonesia masih sangat rendah. Adig mengatakan, besaran dan persentase bea masuk harus tetap proporsional antara kepentingan industri berbahan baku tebu, industri berbahan baku gula kristal mentah (raw sugar) seperti pabrik gula rafinasi, dan konsumen. Selain itu, bea masuk juga diperlukan agar swasembada gula bisa dipercepat. "Melalui swasembada, Indonesia tidak perlu menghabiskan devisa untuk impor, sementara petani mendapat peluang untuk meningkatkan kesejahteraannya," tuturnya. Pada tahun 2006 ini, Indonesia masih mengimpor sebanyak 300.000 ton gula konsumsi untuk memenuhi kebutuhan nasional. Jumlah itu, menurun dibanding tahun sebelumnya sekitar 500.000 ton. Produksi gula nasional pada tahun 2005 lalu mencapai sekitar 2,3 juta ton dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2006 menjadi 2,5 juta-2,6 juta ton. Dengan pencapaian produksi sebesar itu, maka swasembada gula yang dicanangkan pemerintah pada 2008 akan mampu direalisasikan lebih cepat. "Kami sangat optimistis target swasembada gula dapat dicapai lebih cepat. Tiga tahun terakhir, produksi tebu petani cenderung meningkat sebagai dampak membaiknya harga gula," kata Adig yang juga Alumnus Unibraw Malang itu.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006