"Ini memang persoalan yang sedang diupayakan solusinya oleh Kemkominfo. Selama ini pengembangan infrastruktur telekomunikasi maupun teknologi informasi cenderung terkonsentrasi di Pulau Jawa," ungkap Staf Ahli Kemkominfo Suprawito, usai mengikuti rangkaian pembukaan Pekan KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) di Kabupaten Tulungagung, Jatim, Rabu.
Kenyataan itu diakuinya sangat ironis, mengingat hampir 70 persen infrastruktur sarana telekomunikasi maupun teknologi informasi berada di Pulau Jawa, 10 persen di Pulau Sumatera, 5 persen di Pulau Kalimantan , dan selebihnya tersebar di berbagai daerah kawasan timur Indonesia.
Namun ia berdalih, kesenjangan dalam hal pembangunan infrastruktur telekomunikasi tersebut bukanlah murni kesalahan pemerintah. Sebab, kata dia, pengembangan infrastruktur berbasis teknologi informasi itu mayoritas justru dikelola oleh pihak swasta untuk kepentingan bisnis.
"Provider-provider atau penyedia layanan berbasis teknologi informasi ini tentu mempertimbangkan peluang pasar di daerah dimana mereka membangun sarana telekomunikasi. Itulah sebabnya kenapa pengembangan infrastruktur telekomunikasi maupun teknologi informasi sejauh ini lebih banyak terkonsentrasi di Jawa," urainya.
Suprawito menegaskan, permasalahan kesenjangan tersebut bukan berarti diabaikan oleh pemerintah. Ia menyatakan bahwa saat ini Kemkominfo tengah mengupayakan terobosan dengan membangun jaringan serat optik secara nasional yang dikenal dengan istilah "Palapa Ring".
"Ini semacam jalan tol yang sedang dibangun pemerintah agar jaringan telekomunikasi nasional bisa menjangkau seluruh kabupaten/kota di 33 provinsi di Indonesia. Ini bukan pekerjaan mudah, tapi target kemkominfo, tahun 2011 ini seluruh desa di Indonesia harus sudah bisa `berdering`," ujarnya.
Selain mematok target pembangunan saluran telekomunikasi di 72 ribu desa se-Indonesia, Suprayito mengatakan bahwa pihaknya tengah mengupayakan penyediaan akses internet di 100 desa terpilih dan 5.748 desa ibukota kecamatan.
(ANT-130/S006)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011