Jakarta (ANTARA News) - Pasar saham yang cenderung bergerak negatif menjadi pemicu nilai tukar mata uang rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu sore.

Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS antarBank Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah tipis lima poin ke posisi Rp8.990 dibanding hari sebelumnya Rp8.985.

"Kondisi pasar saham cenderung bergerak melemah, diperkirakan ada `switching` dari saham ke mata uang dolar AS, kondisi itu memicu rupiah melemah," kata pengamat pasar uang, David Sumual, di Jakarta, Rabu.

Ia mengemukakan, mayoritas mata uang di kawasan Asia juga mengalami pelemahan, salah satunya yang mengalami tekanan cukup dalam yakni mata uang Korea, Won.

Namun, kata dia, kabar yang paling signifikan terhadap rupiah yang terus berada dalam area negatif terhadap dolar AS masih dari Eropa terkait krisis yang masih berlangsung.

"Krisis di Eropa masih mengkhawatirkan pelaku pasar keuangan dan berimbas ke pasar Asia termasuk rupiah," katanya.

Ia mengemukakan, Perdana Menteri (PM) Italia, Mario Monti, yang baru menggantikan Silvio Berlusconi pada pekan ini, belum memberikan dampak positif bagi pasar keuangan global, sehingga diproyeksikan dalam beberapa hari ini rupiah masih cenderung berada dalam area negatif.

Kisaran rupiah pada pekan ini, diperkirakannya, berada pada level Rp8.960-Rp9.020. Sebelumnya kisaran level atas rupiah berada di bawah Rp9.000.

Analis Monex Investindo Futures, Johanes Ginting, mengemukakan bahwa rupiah kembali diperdagangkan melemah terhadap dolar AS. tekanan jual kemungkinan masih akan berlanjut seiring merebaknya kekhawatiran terhadap penyebaran krisis hutang zona Euro

"Terus memburuknya kondisi di pasar obligasi zona Euro menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan pemerintah di kawasan itu saat ini masih belum mampu menenangkan pasar," kata dia.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu (16/11) tercatat mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS menjadi Rp9.030 dibanding pada hari sebelumnya Rp8.955. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011