Ada beberapa pilihan reksadana yang bisa disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan investasi investor seperti halnya untuk kebutuhan dana darurat, persiapan menikah, biaya pendidikan anak, dan dana persiapan pensiun

Jakarta (ANTARA) - Ramadhan merupakan momen yang sangat dinanti-nantikan karena bisa berkumpul bersama keluarga besar maupun sahabat menjelang buka puasa dan hari Lebaran.

Namun apakah disadari bahwa memasuki bulan Ramadhan ada pengeluaran yang seharusnya tidak ada menjadi ada. Misalnya selalu membeli takjil menjelang buka puasa, selalu buka puasa bersama keluarga dan teman, ditambah lagi harus membeli parsel untuk diberikan kepada keluarga saat mudik nanti.

Dengan banyaknya pengeluaran yang biasanya tidak ada menjadi ada, pengaturan pengeluaran sangat dibutuhkan agar keuangan tetap sehat.

Apalagi saat mendapatkan THR dan seluruhnya dipakai untuk berbelanja kebutuhan Lebaran tanpa menyisihkannya untuk investasi.

Maka dari itu, OCBC NISP memberikan beberapa tips agar THR yang diterima saat hari raya tak habis begitu saja, yakni pertama selalu membuat penganggaran atau budgeting yang berisi berapa persen dari THR yang harus dikeluarkan. Misalnya dari THR, 20 persen dibelanjakan untuk investasi, 20 persen untuk keluarga, 30 persen untuk kebutuhan Lebaran, 10 persen untuk dana darurat, dan 20 persen untuk sedekah.

Dengan budgeting seperti itu, THR bisa lebih teratur dan tidak kalap saat berbelanja kebutuhan Lebaran.

Tips yang kedua adalah sesuaikan pengeluaran uang untuk parsel dengan anggaran yang ada, sehingga jangan sampai membeli di luar kemampuan karena bisa menjadi pemborosan.

Terlebih lagi, apabila bingkisan Lebaran yang dibeli lebih dari satu dan akan semakin menyulitkan untuk mengatur keuangan ke depannya dan menyisihkan untuk keperluan lain.

Tips ketiga adalah menyisihkan THR untuk investasi, meski dana tersebut didapatkan untuk merayakan Lebaran.

Jika masih takut untuk berinvestasi di saham yang memiliki risiko besar, bisa mulai berinvestasi di reksadana, yang risikonya tergolong kecil. Dengan begitu, THR yang didapat tidak langsung habis begitu saja dan sekaligus bisa belajar berinvestasi sejak dini.

Disiplin berinvestasi perlu dilakukan dengan menyisihkan terlebih dahulu pendapatan, bukan sisa dari pendapatan melalui prinsip The 50/30/20 Budget Rule, di mana 50 persen untuk pengeluaran penting dan rutin, 30 persen untuk keinginan tersier, dan 20 persen untuk investasi.

Jangan lupa sesuaikan pula dengan profil risiko masing-masing. High risk, tentu high return, akan tetapi tidak ada satu instrumen investasi yang terus menerus memiliki kinerja baik setiap saat.

Dengan demikian, investasi harus terdiversifikasi dan bersifat jangka panjang agar bisa lebih memuaskan hasilnya.

Duitpintar.com merangkum terdapat beberapa jenis investasi yang bisa dilakukan dengan uang THR, salah satunya asuransi. Jika menginginkan imbal hasil yang lebih tinggi, polis asuransi unit link yang disertai dengan investasi dapat dipilih oleh masyarakat.

Bila sama sekali belum memiliki asuransi kesehatan dan memiliki anggaran terbatas untuk membayar premi, maka sebaiknya pertimbangkan terlebih dahulu untuk membeli asuransi rawat inap. Sedangkan untuk rawat jalan, bisa menggunakan dana darurat atau BPJS Kesehatan.

Asuransi rawat inap lebih baik menjadi skala prioritas karena terdapat banyak komponen biaya yang muncul ketika seseorang harus menjalani proses rawat inap di rumah sakit.

Mulai dari biaya akomodasi (kamar), biaya dokter, obat-obatan, laboratorium, dan biaya lain terkait rumah sakit. Selain itu, pilihlah asuransi rawat inap sesuai anggaran dan kebutuhan.

Asuransi kesehatan keluarga juga bisa dipertimbangkan apabila anggota keluarga dalam satu rumah sama sekali belum terlindungi asuransi kesehatan.

Dengan satu polis, nasabah bisa mendapatkan produk asuransi yang bisa melindungi seluruh anggota keluarga dengan maksimal lima orang lantaran premi yang dibayarkan umumnya lebih murah ketimbang asuransi individu.

Melalui asuransi, risiko finansial yang dialami ketika jatuh sakit dan menjalani perawatan medis akan ditransfer ke perusahaan asuransi agar tabungan yang dimiliki tidak terkuras.

Tak hanya bisa digunakan untuk memulai asuransi, THR dapat dialokasikan untuk menabung dan investasi dalam bentuk deposito, tabungan berjangka, atau investasi dengan pembelian instrumen pasar modal.


Investasi reksadana

Reksadana menjadi salah satu pilihan untuk menginvestasikan dana THR yang didapat saat Lebaran. Di Indonesia banyak tersedia reksadana yang dikelola oleh masing-masing manajer investasi dan investor dapat memilih yang paling sesuai dengan profil risiko.

Bagi investor pemula yang memiliki profil risiko rendah, bisa memulai berinvestasi di jenis reksadana pasar uang karena memiliki tingkat risiko yang relatif rendah.

Namun jika tujuannya untuk jangka panjang seperti persiapan dana pensiun, maka investor dapat memilih reksadana campuran atau reksadana saham karena hasil investasinya cenderung lebih tinggi.

“Ada beberapa pilihan reksadana yang bisa disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan investasi investor seperti halnya untuk kebutuhan dana darurat, persiapan menikah, biaya pendidikan anak, dan dana persiapan pensiun," ujar Founder & Chief Executive Officer (CEO) Makmur Sander Parawira.

Maka dari itu, investor dapat memilih tujuan atau destinasi investasi dana THR sesuai dengan kebutuhannya, contohnya seperti dana darurat untuk mencegah timbulnya biaya-biaya tak terduga.

Oleh karena sifatnya darurat dan harus bisa digunakan kapanpun, maka investor dapat memilih jenis reksadana pasar uang dengan risiko rendah untuk kebutuhan dana darurat.

Berdasarkan data pada Aplikasi Makmur per 22 April 2022, kinerja reksadana Syailendra Sharia Money Market Fund dan Sucorinvest Money Market Fund masing-masing naik sebesar 4,3 persen dan 5,1 persen dalam satu tahun terakhir.

Dengan hasil investasi yang stabil, tentunya investor dengan profil risiko rendah akan merasa nyaman berinvestasi di jenis reksadana ini. Sementara jika dana THR akan dialokasikan ke dalam reksadana dengan tujuan menikah, investor dapat memilih reksadana pendapatan tetap yang memiliki risiko menengah hingga rendah.

Adapun reksadana Simas Syariah Pendapatan Tetap dan Sucorinvest Stable Fund bisa menjadi pilihan dengan masing-masing mengalami kenaikan sebesar 5,19 persen dan 7,79 persen dalam satu tahun terakhir.

Walaupun kinerjanya memiliki risiko penurunan, namun untuk jangka waktu satu hingga tiga tahun bisa memberikan hasil yang lebih baik.

Jika memiliki tujuan berinvestasi reksadana untuk pendidikan anak, investor bisa memilih jenis reksadana campuran dengan risiko menengah hingga tinggi. Dalam jenis reksadana ini, kinerja TRIM Syariah Berimbang dan Trimegah Balanced Absolute Strategy cukup baik dalam tiga tahun terakhir, yakni tumbuh masing-masing mengalami kenaikan sebesar 24,18 persen dan 82,95 persen.

Karena portofolio reksadana campuran cenderung berisikan instrumen saham, maka investasi dengan jangka waktu tiga hingga lima tahun bisa memberikan hasil yang sangat memuaskan.

Sedangkan untuk dana pensiun, reksadana berbasis saham bisa jadi pilihan lantaran untuk jangka waktu lebih dari lima tahun jenis investasi ini cenderung memberikan hasil yang lebih optimal dibanding jangka waktu yang lebih singkat.

Reksa Dana Sucorinvest Sharia Equity Fund dan Sucorinvest Maxi Fund bisa menjadi pilihan dengan memberikan hasil investasi sebesar 70,22 persen dan 57.49 persen dalam lima tahun terakhir.

Dengan rutin menyisihkan penghasilan termasuk dana THR, investor bisa mendapatkan hasil yang lebih optimal dibanding langsung dihabiskan untuk berbelanja selama Lebaran.

Baca juga: HSBC Indonesia: Saham masih jadi prioritas portfolio investasi
Baca juga: BCA - MAMI luncurkan reksa dana untuk pasar Asia Pasifik
Baca juga: Indo Premier Sekuritas yakin investasi reksadana akan makin berkembang

Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022