Jakarta (ANTARA) - Aktivis perempuan dan dosen filsafat Universitas Indonesia Saraswati Putri mengatakan kekerasan seksual terhadap para perempuan Ukraina berhubungan erat dengan gender.
Kekerasan tersebut bermuatan kebencian dan berhubungan erat terhadap gender serta identitas seperti bangsa maupun etnis, ujar Saraswati Putri dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Ia menduga pasukan Rusia menggunakan pemerkosaan terhadap para perempuan di Ukraina sebagai senjata perang. Kekerasan berbasis gender tersebut tidak bisa dianggap sebagai suatu tindakan kriminal biasa. Sebelumnya, PBB menerima banyak laporan pemerkosaan dan kekerasan di Ukraina oleh tentara Rusia.
Seorang pejabat senior PBB mengatakan kepada Dewan Keamanan pada Senin (12/4), bahwa kelompok hak asasi manusia Ukraina menuduh pasukan Rusia menggunakan pemerkosaan sebagai senjata perang, seperti dikutip Reuters.
Presiden La Strada-Ukraina Kateryna Cherepakha mengatakan saluran siaga (hotline) milik organisasi hak asasi manusia Ukraina itu menerima menerima telepon yang menuduh pasukan Rusia melakukan sejumlah kasus pemerkosaan terhadap 12 wanita dan anak perempuan.
"Ini hanya puncak gunung es," katanya kepada Dewan Keamanan PBB melalui video.
"Kami tahu dan melihat, kami ingin Anda mendengar suara kami bahwa kekerasan dan pemerkosaan sekarang digunakan sebagai senjata perang oleh Rusia di Ukraina,” kata Kateryna.
Baca juga: Rusia klaim rudalnya hantam hanggar senjata AS dan Eropa di Ukraina
Baca juga: Putin setuju PBB, Palang Merah bantu evakuasi warga sipil di Mariupol
Baca juga: Sekjen PBB desak gencatan senjata di Ukraina
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022