Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Perusahaan Eksplorasi Produksi Migas Nasional (Asperminas) mengharapkan, negosiasi pengelolaan ladang minyak Cepu antara Pertamina dan kontraktor migas Amerika Serikat (AS) ExxonMobil bisa segera selesai, karena apabila berlarut-larut akan mengakibatkan kerugian hingga Rp48,4 triliun per tahun. "Diperkirakan kerugian tersebut akan mencapai 9 juta dolar per hari, 270 juta dolar per bulan, 3.240 miliar dolar per tahun atau Rp32,4 triliun per tahun dengan asumsi produksi sebesar 150.000 barel per hari," kata Ketua Umum Asperminas Effendi Siradjudin dalam perbincangan dengan wartawan, di Jakarta, Selasa. Bahkan, jika dihitung dengan asumsi tingkat produksi 200 ribu barel per hari, menurut dia, potensi kerugian (opportunity lost) yang ditimbulkan dari tidak kunjung selesainya negosiasi blok Cepu itu, akan mencapai Rp48,4 triliun per tahun. "Bisa dibayangkan berapa besar kerugian negara yang timbul akibat keterlambatan itu." ujarnya. Di sisi lain, kegiatan usaha migas itu menimbulkan dampak ganda yang sulit dihitung secara matematika. Misalnya, tumbuhnya lapangan kerja, kesempatan berusaha dari berbagai bidang usaha serta kegiatan perekonomian masyarakat lainnya. "Jadi secara tak langsung masyarakat juga merasakan kerugian penundaan tersebut," ujarnya. Dikatakan, dalam mencari jalan keluar pengelolaan lapangan Cepu, pemerintah mengusulkan agar Pertamina dan ExxonMobil membentuk komite bersama, yang dalam komite tersebut ada posisi "steering committee" dan "operating committee" yang menjadi badan permanen bagi kedua perusahaan (Pertamina dan ExxonMobil) untuk mengoperasikan lapangan minyak Cepu yang diperkirakan memiliki cadangan 250 juta barel. Menurut Effendi, pihaknya mendukung usulan pemerintah agar ladang minyak tersebut bisa segera beroperasi dan tidak terkatung-katung seperti sekarang ini. Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan dapat berdampak buruk terhadap citra investasi di Indonesia," katanya. Asperminas mendukung terobosan simpatik pemerintah melalui usaha patungan (joint venture company) antara Pertamina dan ExxonMobil dengan membagi posisi-posisi kunci secara seimbang dan proporsional.(*)

Copyright © ANTARA 2006