Sekalipun tidak menyampaikan negara mana saja yang telah menyatakan dukungan kuatnya, Marty, yang ditemui di sela-sela pertemuan para Menlu ASEAN (AMM) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Selasa, mengatakan di kalangan para menlu terdapat sentimen cukup positif atas permohonan Myanmar itu.
"Saya harus katakan bahwa sentimennya positif, kita semua tanpa terkecuali mengakui perkembangan positif yang telah terjadi di Myanmar dalam beberapa bulan terakhir, bakan dari Juli lalu saya kira telah ada perkembangan," kata Marty.
ASEAN, demikian Marty, mengharapkan Myanmar menjaga momentum ini. "Saya kira Myanmar telah sungguh-sungguh menciptakan kondisi yang kondusif untuk mendukung permohonannya (menjadi Ketua ASEAN 2014)," ujarnya.
Marty menyebut keputusan keketuaan Myanmar akan dibuat di tingkat pemimpin ASEAN, bukan Menlu ASEAN. "Isu itu juga kan dibahas secara lebih resmi oleh Dewan Koordinasi ASEAN yang akan bertemu besok," sambungnya.
Pada putaran rotasi kepemimpinan ASEAN sebelumnya, Myanmar harus merelakan gilirannya karena dinilai belum siap memimpin ASEAN. Saat itu negara ini masih di bawah junta militer yang menahan ribuan tokoh oposisi, termasuk pemimpin prodemokrasi Aung San Suu kyi.
Upaya ASEAN selama beberapa tahun terakhir dalam menggandeng Myanmar dan memintanya meninggalkan gaya pemerintahan yang mengabaikan hak asasi manusia menunjukkan hasil, sementara pendekatan Barat yang mengandalkan sanksi, gagal total.
Myanmar kemudian menyusun peta jalan damai menuju demokrasi dan secara bertahap memenuhi target-target yang telah ditetapkannya sendiri, mulai dari menyusun konstitusi baru, menentukan aturan pemilihan umum, dan menggelar pemilihan umum.
Sekalipun Barat menilai apa yang dilakukan Myanmar itu sandiwara belaka, mengingat banyak jenderal penting di Myanmar yang duduk di pemerintahan sipil, namun Myanmar telah menuju perubahan yang dipilih negara itu.
Perubahan dramatis hampir tidak mungkin terjadi di Myanmar, namun setelah upaya menggagalkan Aung San Suu Kyi turut dalam pemilihan umum, pihak berwenang Myanmar akhirnya membebaskan peraih Nobel Perdamaian itu. Partai Suu Kyi pun berpeluang kembali ke arena politik.
Sesuai urutan, Myanmar seharusnya menjadi Ketua ASEAN pada 2015, sementara Laos pada 2014.
Pemerintah Myanmar lalu berunding dengan pemerintah Laos untuk bertukar giliran sebagaimana Indonesia dan Brunei pada 2011 dan 2013.
Beberapa pekan lalu Marty Natalegawa mengunjungi Myamar untuk melihat langsung kesiapan negara itu.(*)
ANT
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011