Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik Rachbini mengenang kepergian Ekonom Senior Arsjad Anwar yang wafat pada Senin (25/4).
"Prof. Arsjad sejatinya telah berkiprah selain sebagai pengajar dan peneliti, juga sangat aktif membentuk pandangan-pandangan publik tentang pentingnya ekonomi dan kebijakan ekonomi pada dekade 1990 bersama 26 ekonom senior lainnya," kata Didik dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu.
Ia mengaku belum pernah berinteraksi langsung dengan Arsjad, tetapi lebih mengenal beliau dari pikiran-pikirannya pada tulisan dan kutipan di media massa dan seminar.
Namun dedikasi Arsjad dalam bidang akademik tak pernah berhenti dan terus aktif mengajar sampai sekitar tahun 2010 dan pada sekitar tahun 1980, Arsjad memimpin lembaga riset CPIS (Center for Policy and Implementation Studies) dengan banyak ekonom seperti Fadhil Hasan, Nawir Messi, Rizal Ramli, dan lain-lain.
"Ini menunjukkan pengabdiannya yang sangat panjang terhadap dunia akademik dan riset," ungkapnya.
Didik menuturkan hampir tiga dekade lalu, tepatnya pada tahun 1994, Ekonom Senior Sjahrir melakukan riset atau studi kecil tentang pakar ekonomi yang mempengaruhi kebijakan ekonomi melalui media massa pada sekitar tahun 1990.
Studi dilakukan dengan metode content analysis dengan cara menggali dan menilai isi media nasional untuk mengetahui ekonom nasional yang rajin berbicara di publik tentang kebijakan ekonomi.
Riset kecil ini penting pada dekade tersebut karena ekonomi memang menjadi panglima dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi rata-rata mencapai tujuh persen, suatu tingkat pertumbuhan yang tidak pernah dicapai pada saat ini.
Dari metode content analysis ini, kata dia, ditemukan terdapat 26 ekonom nasional yang mempengaruhi kebijakan publik melalui banyak pemikiran dan pandangannya melalui media massa (baik menulis maupun dikutip), termasuk yang menonjol adalah Arsjad Anwar yang memang berasal dari kampus terbaik, Universitas Indonesia (UI).
Sebagian besar 26 ekonomi dekade 1990 tersebut sudah wafat sebelum Arsjad Anwar, di antaranya Hadi Soesastro, Pande Radja Silalahi, Soeharsono Sagir, Christianto Wibisono, Sadli, Soemitro Djojohadikusumo, Sarbini Sumawinata, Rijanto, Suhadi Mangkusuwondo, Dawan Rahardjo, Nurimansjah Hasibuan, Thee Kian Wie, Frans Seda, serta Hartojo Wignyowiyoto.
Selain itu, masih terdapat beberapa ekonom yang aktif dan terus berkiprah sampai saat ini, seperti Marie Pangestu, Rizal Ramli, Djsman Simandjuntak, Iwan Jaya Azis, Sri-Edi Swasono, Didik Rachbini, Anwar Nasoetion, Dorodjatun, Bintang Panungkas, dan Laksamana Sukardi.
Didik menyampaikan bahwa Ekonom Senior Indef lainnya, yakni Faisal Basri mengenal Arsjad sebagai data berjalan, lantaran sangat kenal detail berbagai data ekonomi dan cermat menelisik dengan tekun, sehingga menjadi sumber yang sahih bagi wartawan untuk menulis berita ekonomi.
"Tidak mudah mencari penggantinya di tengah diskursus publik yang instan di zaman media sosial sekarang ini. Selamat jalan, ekonom senior, semoga selalu dalam rahman dan rahim-Nya di alam baka," ujarnya.
Mohammad Arsjad Anwar menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi dengan konsentrasi Ekonomi Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI tahun 1962 dan memulai karir akademisnya di fakultas tersebut sebagai Asisten Dosen Statistik pada tahun 1960.
Ia pun melanjutkan sekolahnya dan meraih gelar MBA Operation Research dari University of California at Berkeley, Amerika Serikat tahun 1966 dan gelar Doktor bidang Ekonomi dari UI di tahun 1983. Dua tahun kemudian Arsjad diangkat sebagai Guru Besar Tetap FEB UI pada 1985.
Di dalam pemerintahan, Arsjad pernah menjabat sebagai staf di bawah Deputi Ketua Bappenas bidang Moneter dan Fiskal (1967-1968), Staff Ahli Menneg PPN/Kepala Bappenas bidang Pengkajian Ekonomi (1994–1998), dan Deputi Menko Ekuin Bidang Ekonomi Keuangan (1998-2001).
Baca juga: INDEF: Pengembangan pendanaan ramah lingkungan terhalang pandemi
Baca juga: Indef: Kehadiran swasta dalam pengelolaan pelabuhan perlu didorong
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022