Yogyakarta (ANTARA News)- Air sumur di kawasan Sungai Code Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak layak konsumsi karena mengandung endapan material sisa erupsi Gunung Merapi dan bakteri Escherichia coli atau E.coli.

Ketua Pemerhati Code Kota Yogyakarta Toto Pratopo di Yogyakarta, Selasa, mengatakan endapan material erupsi Merapi banyak ditemukan di sejumlah kawasan terparah terkena banjir lahar dingin pada 2010 hingga awal 2011 sehingga mencemari air sumur milik warga.

"Kami melihat sisa material erupsi Merapi yang mengandung unsur belerang di sumur-sumur warga. Kondisi ini cukup memprihatinkan bagi kesehatan jangka panjang warga," katanya.

Dia mengatakan beberapa air sumur yang berisiko mengandung unsur belerang di Kampung Jogoyudan.

"Jogoyudan merupakan salah satu kawasan terparah terkena banjir lahar dingin. Warga di kelurahan itu rata-rata mengonsumsi air sumur," kata dia.

Menurut dia, warga yang tinggal di bantaran Sungai Code belum seluruhnya menggunakan air PDAM karena lebih hemat.

"Warga Code merasa cukup dengan limpahan air sumur. Mereka lebih memilih mengkonsumsi air sumur ketimbang mengeluarkan uang untuk membeli air dari PDAM," kata dia.

Sementara itu, Koordinator Posko Sungai Code RW 8 Kampung Jogoyudan Kelurahan Gowongan, Kecamatan Jetis Hatta Mustafa mengatakan air sumur milik warga setelah hujan berbau.

"Air sumur seringkali berbau seperti air comberan setelah turun hujan. Akibatnya, warga banyak yang terkena diare," katanya.

Ia mengatakan warga yang terserang diare kebanyakan anak-anak dan mereka telah mendapatkan perawatan di sejumlah puskesmas terdekat.

Menurut dia, kondisi air sumur di Kampung Jogoyudan cukup memprihatinkan karena di kawasan tersebut belum memiliki saluran drainase yang memadai.

"Belum memadainya saluran drainase membuat air sumur milik warga banyak yang bercampur dengan kotoran setelah turun hujan," katanya.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Suyana mengatakan diare bisa disebabkan bakteri E.coli karena mengonsumsi air sumur dengan kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik.

"Sumur warga berdekatan dengan air sungai yang mengandung bakteri sehingga meresap dan bercampur dengan air sumur," katanya.

Menurut dia, sesuai standar kesehatan sumur warga sebaiknya minimal berjarak 10 meter dari Sungai Code.

Ia mengatakan kepadatan penduduk yang tinggi membuat warga terpaksa menempatkan sumur dengan jarak yang terlalu berdekatan dengan sungai sehingga membuat air sumur tercemar bakteri E.coli.

Menurutnya, pemkot belum lama ini telah menutup empat sumur di sebelah Barat kawasan Gondomanan karena air tidak layak konsumsi.

"Air yang ada di sekitar Gondomanan berwarna hitam kebiruan sehingga tidak layak konsumsi," kata dia.
(ANT)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011